
Bos BTPN Paparkan 2 Kunci Sukses Kembangkan Produk Layanan Digital Banking

Ilustrasi/Idx chanel
Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) menyebut ada 2 kunci sukses dalam mengembangkan suatu produk layanan perbankan digital seperti Jenius. Pertama, dalam membangun digital bank dengan kapabilitas sendiri tanpa pihak lain.
Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan, untuk memiliki kapabilitas yang mumpuni, memerlukan infrastruktur teknologi informasi (IT) yang canggih dan berorientasi digital. “Ini inti dan jiwa digital banking Jenius. Karena teknologi digital merupakan produk, bukan channel. Jadi memang bank harus punya teknologi digital yang mumpuni,” kata Ongki saat menghadiri webinar, Selasa (29/9).
Dalam membangun infrastruktur tersebut, kata Ongki, bank perlu merombak secara menyeluruh di dasar infrastruktur IT yang memerlukan investasi besar terhadap sarana teknologi yang dibutuhkan. Itu untuk mendukung fleksibilitas platform agar dapat memenuhi harapan nasabah segmen “melek-digital” yang mayoritas merupakan kalangan milenial.
Selain itu, kecanggihan teknologi dan infrastruktur IT dibutuhkan untuk memastikan keandalan dan kestabilan pada platform. Sebab, sebagai produk digital harus bisa melayani kebutuhan nasabah selama 24 jam per hari. Juga membutuhkan framework yang berbasis single-code untuk dapat diakses dari berbagai platform berbeda-beda, misalnya dari Android, iOS dan juga melalui browser web seperti Google Chrome.
“Kita juga perlu mengotomasi semua terkait development cycle untuk memungkinkan men-deploy aplikasi baru dalam waktu singkat tanpa upaya manual. Agar bank mempunyai kemampuan untuk meluncurkan updates lebih sering dan membuat bank mampu segera bereaksi kepada masukan nasabah dan meluncurkan solusi baru,” kata Ongki.
Kunci sukses kedua untuk mengembangkan produk perbankan digital, kata Ongki, ialah kebutuhan nasabah harus digunakan sebagai pedoman dalam menentukan arah bisnis digital. Dalam hal ini, Jenius dikembangkan dengan menerapkan konsep consumer centric dan bank tidak lalai dalam mengembangkan platform dan layanan yang user-friendly untuk memberikan pengalaman yang baik.
Di samping kedua kunci itu, kata Ongki, bank penting memiliki talenta digital yang berbeda sedikit sifatnya dengan talenta IT yang biasa terdapat pada perbankan. Orang-orang bank tidak biasa berpikir secara user-centric, maka talenta digital yang masuk harus dapat berpikir dengan pola user-centric tersebut yang kerap ditemukan dalam perusahaan teknologi perintis (startup).
Selain dapat berpikir secara user-centric, menurut Ongki, talenta juga harus memiliki kemampuan dalam merancang arsitektur IT yang modern. Terakhir, kata Ongky, infrastruktur IT yang digunakan juga harus menggunakan microservices (suatu prinsip arsitektur TI yang kerap digunakan perusahaan teknologi perintis).
Perlu tetap menjaga konektivitas dan bisa terhubung dengan layanan perbankan tradisional perusahaan yang lainnya, terintegrasi melalui application programming interface (API).
“Ini, kunci sukses dalam mengembangkan produk digital yang seutuhnya digital. Misi kami adalah membangun best in class digital banking berbasis bisnis model digital banking secara utuh, dan seutuhnya dari ekosistem digital,” kata Ongky.
Leave a reply
