Bisnis Tumbuh, Kondisi Finansial Bukalapak Semakin Kokoh

0
190
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Bukalapak mencatatkan pertumbuhan total processing value (TPV) hampir 400% dari Kuartal I/2018 hingga Kuartal II/2020. Itu terjadi karena pertumbuhan bisnis di luar 5 kota besar Indonesia yaitu DKI Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung dan Semarang.

“Per hari ini, lebih dari 60% hampir 70% bisnis dari Bukalapak di luar tier 1 cities. Ini di-achieve dengan investasi bertahun-tahun,” kata Presiden Bukalapak Teddy Oetomo saat telekonferensi pers secara daring, Jumat (11/9).

Pertumbuhan pesat yang dialami perusahaan, kata Teddy, juga ditunjang kemampuan untuk meningkatkan monetisasi bisnis sekaligus melakukan rasionalisasi pengeluaran sehingga membuat kondisi finansial perusahaan semakin kokoh. Itu tercermin dari keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan pendapatan sebelum terkena bunga, pajak, depresiasi, serta amortisasi (EBITDA) hingga lebih dari 60% dari 2019 hingga pertengahan 2020.

“Yang terjadi selama 12-18 bulan terakhir kita mungkin defying gravity. Karena ada sebuah paradigma di mana e-commerce hanya bisa tumbuh apabila bakar uang. Tapi kalau kita lihat angka Bukalapak, EBITDA kita improve 80%,”  kata Teddy.

Baca Juga :   Pendapatan SIG Capai Rp 38,65 T di 2023 atau Naik 6,2% Dibanding Tahun 2022

Kunci dari pertumbuhan perusahaan, kata Teddy, tidak mengandalkan praktik bakar-uang yang tidak rasional dan lebih kepada menghasilkan inovasi dan layanan yang memang dibutuhkan dan digunakan para pengguna.

“Contohnya kita menyadari ada tantangan inklusi keuangan, orang mau bayar cash, kita lakukan inovasi dengan mitra Bukalapak. Kita menyadari bahwa ada kategori barang yang dibutuhkan, kita kumpulkan merchant supaya barangnya ada,” kata Teddy lagi.

Sementara itu, CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan, pihaknya akan terus fokus mengembangkan inovasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat khususnya UMKM, untuk menerobos kesenjangan ekonomi, infrastruktur, dan mendukung inklusi keuangan.

“Kami mengembangkan inovasi kami untuk dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM Indonesia dalam meningkatkan kapasitas bisnis dengan dukungan infrastruktur teknologi Bukalapak yang mencakup dukungan logistik, metode pembayaran, pinjaman modal, fitur investasi, produk virtual hingga pelatihan dan pemberdayaan bagi pelapak dan variasi layanan barang dan jasa bagi pengguna,” kata Rachmat.

Perusahaan, kata Rachmat, terus memperluas cakupan platform dengan menambahkan jumlah warung dan agen yang menjadi mitra Bukalapak serta bekerja sama dengan distributor nasional dan lokal, demi memastikan ketersediaan barang bagi para mitra.

Baca Juga :   Kuartal I/2023, Pendapatan Bukalapak Naik 28% Menjadi Rp1 Triliun

“Kami juga terus menambahkan berbagai produk digital untuk dapat dijual oleh para mitra Bukalapak sehingga bisa terus menambahkan sumber pendapatan bagi mitra Bukalapak, seperti layanan transfer uang, investasi emas, berbagai pembayaran tagihan seperti listrik, PDAM, dan lainnya,” kata Rachmat.

Sebagai informasi, selama masa pandemi, pertumbuhan rata-rata produk virtual di Bukalapak mencapai lebih dari 60% dibandingkan sebelum masa pandemi. Kenaikan ini fokus di produk-produk seperti pulsa dan paket data, pembayaran tagihan, streaming voucher, voucher belajar untuk kursus online, dan pembelian gift card. Sedangkan dalam hal inovasi pembayaran, transaksi di warung mitra Bukalapak yang menggunakan metode pembayaran QRIS naik lebih dari 50%.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics