
Bayer Indonesia Gandeng BKKBN dan Kementan Edukasi Masyarakat Pentingnya KB

PT Bayer Indonesia bekerja sama dengan BKKBN edukasi masyarakat soalKB dan stunting/Dokumentasi BKKBN
PT Bayer Indonesia meluncurkan Program Better Farming, Better Life sebagai inisiatif pemberdayaan holistik yang ditargetkan untuk petani kecil sekaligus memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia. Program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kelaurga bencana (KB) yang benar bagi keluarga petani kecil, termasuk mengelola gizi yang baik selama 1.000 hari pertama kehidupan.
Presiden Direktur PT Bayer Indonesia Kinshuk Kunwar mengatakan, sebagai percontohan Program Program Better Farming, Better Life Bayer diluncurkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di mana 1,4 juta (52%) penduduknya bekerja di sektor pertanian. Kota atau kabupaten yang menjadi sasaran program ini antara lain Belu, Timor Tengah Utara, dan Kupang di NTT.
“Sejalan dengan visi Bayer: Health for All, Hunger for None, Bayer telah berdedikasi untuk menyediakan keberlanjutan terkait dengan komitmen Bayer di 3 bidang; termasuk perawatan kesehatan perempuan, perawatan kesehatan diri secara mandiri, dan ketahanan pangan,” kata Kinshuk dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
Melalui solusi Better Farming, Better Life Program, kata Kinshuk, yang diterapkan dengan menggunakan kondisi dan konteks lokal yang unik, Bayer dapat mendukung petani kecil untuk meningkatkan produktivitas mereka dalam menyediakan makanan bagi keluarga, memelihara lingkungan mereka, dan melindungi planet ini. Apalagi Bayer percaya bahwa meningkatkan kesehatan dan imunitas perempuan di pedesaan melalui pengetahuan kesehatan reproduksi, pendidikan KB, suplementasi vitamin dan mineral, serta makanan bergizi yang lebih baik dapat membantu mempercepat penurunan angka stunting.
Program Better Farming, Better Life, kata Kinshuk, bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Pertanian untuk mempercepat penurunan stunting dengan meningkatkan asupan gizi yang cukup. Penyebab risiko stunting bersifat multifaktorial, penyebab utamanya adalah malnutrisi terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, dari awal kehamilan (konsepsi) sampai anak berusia 2 tahun.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2018, prevalensi stunting di NTT masih tertinggi di Indonesia, yaitu 42,6%, dibandingkan 30,8% secara nasional. Sedangkan menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka kelahiran di NTT masih tinggi, di mana setiap perempuan masih memiliki 3 sampai 4 anak.
Leave a reply
