
Wujudkan Transformasi Menjadi Bank Digital, Bank Neo Commerce Tingkatkan Investasi

Dirut BNC Tjandra Gunawan/Dok. BNC
PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) mengaku investasi yang dilakukan mengalami peningkatan seiring transformasi yang dilakukan BNC menjadi bank digital. Investasi dalam teknologi dan keamanan digital, pengembangan sumber daya manusia dan juga biaya promosi serta akuisisi nasabah baru (user acquistion cost) menjadi sesuatu yang tak terelakkan.
Manajemen BNC melihat kenaikan tersebut merupakan sesuatu yang wajar, mengingat Aplikasi Digital BNC bernama neo+, sekarang ini telah diunduh sebanyak lebih dari 5 juta di Google Play Store dan 1 juta unduhan di Apple Store per Agustus 2021. Dalam hal ini, BNC melalui keberadaan aplikasi digitalnya telah mencatat pertumbuhan nasabah baru dari digital (new digital user growth) yang signifikan selama beberapa bulan sejak diluncurkan di Maret 2021. Fenomena tersebut disebabkan oleh minat masyarakat yang mulai tinggi akan bank digital dan tentunya juga besarnya animo nasabah baru akan produk dan layanan perbankan yang ditawarkan BNC. Besaran angka beban operasional BNC pada paruh pertama tahun 2021 ini meningkat sangat signifikan, yaitu dari Rp76 miliar per Juni 2020 menjadi Rp268 miliar per Juni 2021. Hal tersebut sedikit banyak mengkontribusikan dibukukannya rugi sebelum pajak sebesar Rp132 miliar di paruh pertama 2021.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan bahwa penurunan laba bersih lebih banyak disebabkan karena transformasi untuk menjadi bank digital. Perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi di sisi teknologi, pengembangan sumber daya dan juga pengembangan aplikasi agar sesuai dengan kebutuhan pengguna, termasuk didalamnya biaya promosi.
Tjandra menegaskan seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa Bank Neo Commerce mengalami penurunan laba bersih di semester I tahun 2021 lebih karena disebabkan faktor investasi dalam teknologi dan keamanan digital.
“Dan sejalan dengan new digital user growth, maka tentunya akan ada pos-pos biaya yang meningkat secara linear dengan pertumbuhan digital user kami tersebut. Kami menilai hal ini masih sesuatu yang wajar, seluruh pengeluaran dari perusahaan selalu berdasarkan penilaian dan peninjauan yang cermat serta proyeksi jangka panjang yang matang, sehingga kami bisa membuat BNC menjadi bank digital yang didukung dengan teknologi dan keamanan yang mumpuni,” kata Tjandra.
Salah satu faktor yang menjadi penggerak utama peningkatan biaya operasional adalah sejak satu tahun terakhir, setelah resmi mengumumkan transformasi menjadi bank digital, BNC aktif melakukan investasi khususnya di bidang teknologi dan keamanan digital yang merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus BNC bangun secara serius.
“Sejak awal tahun 2021, kami juga sangat serius membangun kultur perusahaan yang kredibel, luwes, dan nyaman. Dengan semangat Banking, Above and Beyond, kami ingin membangun bank digital yang lebih dari sekadar bank, tapi lebih dari itu yang tercermin melalui layanan dan produk perbankan kami yang inovatif,” kata Tjandra dalam keterangan pers tertulis.
Faktor lainnya adalah dalam pengembangan menjadi bank digital, BNC juga harus membekali diri dengan talenta-talenta baru yang sesuai dengan kebutuhan Perseroan yang ahli di bidangnya. Tjandra mengatakan salah satu fokus BNC pada semester I adalah merekrut talenta-talenta yang sesuai dengan kebutuhan Perseroan.
“Kami mengubah mindset kami yang sebelumnya bank konvensional selama puluhan tahun, menjadi bank digital yang luwes, adaptif, dan inovatif, dan hal tersebut harus tercermin melalui sumber daya manusia yang kami miliki,” jelas Tjandra.
BNC mencatat pertumbuhan signifikan di semester I tahun 2021 yang ditandai dengan meningkatnya minat masyarakat untuk menggunakan layanan perbankan yang ditawarkan BNC. “Kami bersyukur, kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan kami meningkat pesat, hingga kini sudah lebih dari enam juta pengguna yang sudah merasakan layanan bank digital yang kami tawarkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang kami lakukan, utamanya melalui berbagai kampanye promosi dan edukasi akan bank digital,” kata Tjandra.
Dalam laporan keuangan semester I, BNC tercatat telah menyalurkan kredit sebesar Rp3,8 triliun per posisi Juni 2021 atau meningkat lebih dari 30% dibandingkan Juni 2020 yang sebesar Rp 2,9 triliun. Peningkatan ini tentunya berimbas pada kenaikan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) sebesar 42% atau setara dengan Rp40 miliar, dari Rp96 miliar di periode Juni 2020 menjadi Rp136 miliar di Juni 2021. Di sisi Aset juga terdapat kenaikan yang signifikan, sebesar 75%, dari Rp4 triliun di Juni 2020 menjadi Rp7 triliun di Juni 2021. Kenaikan di sisi Aset tersebut juga dimotori oleh kenaikan signifikan di sisi perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK di Juni 2021 tercatat sebesar Rp5,1 triliun, meningkat sedikitnya 70% dibandingkan perolehan di Juni 2020 yang sebesar Rp3 triliun.
Leave a reply
