
Ulang Tahun ke-126, Sunarso Pamer Kesuksesan Aksi Korporasi BRI

Sunarso, Dirktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memotong tupeng ulang tahun ke-126, Kamis (16/12).
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) merayakan hari ulang tahun ke-126 pada hari ini, Kamis (16/12). Pada momen istimewa ini, Sunarso, Direktur Utama BRI memaparkan sejumlah keberhasilan BRI dalam melakukan aksi korporasi dalam beberapa tahun terakhir.
Sunarso menyebut aksi korporasi tersebut merupakan bagian dari ‘creating value’ kepada stakeholder mulai dari shareholder (pemegang saham), nasabah, karyawan hingga masyarakat Indonesia.
Menurutnya, dalam menciptakan nilai (create value), perusahaan entah dalam keadaaan terpuruk atau pun sedang berjaya, selalu saja diikuti oleh strategic risk.
“Cara terbaik merepons strategic risk adalah bertransformasi. Transformasi bukanlah kebutuhan sesaat, tetapi itu adalah kebutuhan yang rutin,” ujar Sunarso.
Sunarso mengapresiasi seluruh jajaran BRI atau insan Brilian yang sangat memahami arti transformasi ini dan kemudian mampu mengesekusi berbagai program transformasi perusahaan.
Beberapa program transformasi tersebut dilakuan dalam bentuk aksi korporasi yang telah terbukti berhasil menciptakan nilai. Sunarso menyampaikan tiga aksi korporasi BRI yang sukses.
Pertama, konsolidasi BRI Syariah bersama BNI Syariah dan BNI Syariah dengan membentuk Bank Syariah Indonesia.
Sunarso mengatakan merger ketiga bank syariah tersebut dimana BRI Syariah menjadi survival company, telah berhasil mendongkrak harga saham BRIS dari semula hanya berkutat di kisaran Rp500 per saham naik signifikan dan sempat menyentuh Rp3.000 per saham.
“Rata-rata saya yakin pemegang sahamnya jual di kisaran Rp2.500. Artinya, [investor] seperti YKP [Yayasan Kesejahteraan Pekerja BRI], saya sebut saja, kalau invest di Rp500, kemudian exit, dia jual 2.500, maka kekayaan YKP yang invest di BRI Syariah itu gara-gara corporate action kita itu naik menjadi 5 kali lipat. Dan itulah create value yang riil,” ujar Sunarso.
Selain merger BRI Syariah dengan dua bank syariah lainnya, Sunarso juga menyinggung keberhasilan BRI dalam mengakusisi Bringin Life dari Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia pada November 2015.
Sunarso mengatakan BRI membeli saham Bringin Life senilai Rp1,6 triliun. Ia menceritakan saat itu, regulator menawarkan dua pilihan kepada BRI yaitu mencari partner strategis dari awal atau diambil sendiri tetapi dengan make-up period. Make-up period adalah periode untuk memperbaiki perusahaan: proses bisnisnya, strateginya, dan kapabilitas-kapabilitas yang lain. Apabila make-up period telah selesai, BRI memiliki kewajiban lagi untuk mencari strategic partner.
“Semua sudah kita lewati dan kita putuskan kita ambil sendiri Rp1,6 triliun dan tepat lima tahun kemudian, kita lakukan proses value creation dengan mencari strategic partner,” ujar Sunarso.
Sebagaimana diketahui tahun lalu, perusahaan asuransi asal Hongkong, FWD menjadi salah satu pemegang saham BRI Life. Sunarso pun mengatakan proses value creation yang dilakukan terhadap BRI Life ini telah membuat nilai saham BRI di BRI Life kini meningkat tajam.
“Saham kita yang tadinya nilainya Rp1,6 triliun, dalam 5 tahun berubah menjadi Rp7,5 triliun. Sekarang saya yakin lebih. Jadi kalau dibilang, corporate action itu berpotensi merugikan, saya pikir kalkulatornya rusak. Kok bisa, dari Rp1,6 menjadi Rp7,5 triliun dibilang merugikan. Maka saya pikir itu kalkulatornya rusak, tolong dibetulin dulu,” ujarya.
Selain nilai saham BRI yang meningkat, masuknya mitra strategis baru ini juga disertai kewajiban membayarkan fee kepada BRI. Sunarso mengungkapkan nilai fee yang diterima BRI adalah Rp4,4 triliun. Sebanyak Rp2,3 triliun sudah dibayarkan oleh mitra strategis tersebut.
“Kemudian kita tinggal nagih selama tiga tahun sisanya itu Rp2,1 triliun. Uang Rp4,4 triliun itu, meskipun sekarang sudah ada di kas BRI, tidak kita bukukan sebagai pendapatan semuanya tahun ini. Jadi, teman-teman pengganti saya nanti, pengganti kita semua nanti, masih boleh mengamortisasi itu, membukukan sebagai pendapatan selama 15 tahun. Artinya 15 tahun ke depan, uang yang Rp4,4 triliun itu, ambil saja setiap tahun Rp300 miliar diakui sebagai pendapatan,” jelasnya.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
