
UKM Center FEB UI Beberkan 3 Isu dan 3 Tren soal Perkembangan CSR

Pendiri dan pembina UKM Center FEB UI Nining I. Soesilo/Iconomics
UKM Center FEB Universitas Indonesia (UI) menyebut ada 3 isu yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di kalangan bisnis. Ketiga isu itu meliputi CSR strategic, CSR dan pajak, serta hubungan antara CSR dan keberlanjutan.
Pendiri dan pembina UKM Center FEB UI Nining I. Soesilo menuturkan, dalam isu CSR strategic, misalnya, mulai berkembang dari adanya pertimbangan dangkal mengenai window dressing untuk orientasi strategis. Merujuk pendapat Carrol (1979), CSR dapat dikatakan strategis dalam maksud dan tujuannya yang memiliki penegasan bahwa bisnis berhubungan dengan tanggung jawab ekonomi di mana perusahaan dapat menghasilkan laba atas investasi bagi pemilik dan pemegang saham.
“Menciptakan lapangan kerja dan memberikan gaji adil bagi pekerja, menemukan sumber daya baru, dan mempromosikan teknologi kemajuan, inovasi, dan penciptaan produk dan layanan baru,” kata Nining dalam acara yang digelar The Iconomics beberapa waktu lalu.
Sementara itu, kata Nining, dalam isu CSR dan pajak, perusahaan harus dapat mengimplementasikan prinsip pembangunan harus mempertimbangkan faktor ekonomi dan pengaruh jangka menengah serta jangka panjang dalam aktivitas bisnis terhadap kondisi sosial dan lingkungan.
“Pemerintah Indonesia berupaya mendorong kegiatan CSR dengan seperangkat aturan pajak Pasal 4 UU Nomor 8 tahun 1983 dan UU Nomor 36 tahun 2008 (PPh), UU Nomor 42 tahun 2009 (UU PPN) terkait kegiatan CSR berupa tax exemption, tax deduction, dan tax credit,” ujar Nining.
Dari sisi CSR dan berkelanjutan, kata Nining, perusahaan memiliki tanggung jawab dalam menciptakan bisnis dan pendidikan, sehingga dapat memenuhi unsur keberlanjutan itu sendiri. Bisnis besar bisa menjadi kunci dalam menangani kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam Pendidikan.
Caranya, kata Nining, perusahaan dapat menyusun kembali peran sektor pendidikan untuk membawa peluang bagi perusahaan dan pemerintah nasional setiap kali mereka memelihara sumber daya manusia. Perlunya kontribusi meningkatkan kesadaran tentang bagaimana bisnis dapat menjadi pemangku kepentingan utama dalam menyelaraskan program pendidikan dengan kebutuhan sumber daya manusia mereka di pasar tenaga kerja.
“Program CSR dapat menghubungkan kembali ekonomi perusahaan sukses dengan kemajuan masyarakat,” ujar Nining.
Soal 3 tren CSR yang berkembang di dunia, kata Nining, yang pertama terjadi pada abad ke-20 dan mulai diterima para kalangan bisnis. Pada waktu itu, orang hanya menganggap bisnis sekadar mencari keuntungan semata.
Selanjutnya tren kedua, kata Nining, pertumbuhan CSR secara global di negara maju dan berkembang. Tren ketiga, CSR saat ini sudah mulai diterima di kalangan akademik di mana salah satu wujudnya dibentuknya jurusan CSR di Universitas Trisakti.
“Kita melihat awalnya topik CSR ini merupakan jantung dari kapitalisme, kemudian manajemen, dan investasi yang sadar sosial. Para pemangku kepentingan di seluruh dunia menuntut adanya informasi lebih lanjut tentang CSR. Karena itu, perlu ada format yang jelas, berwibawa, dan mudah dipahami. dan ada beberapa yang terkait dengan isu kebijakan di negara masing-masing,” katanya.
Leave a reply
