
Tren Ekspor Indonesia Secara Bulanan Cenderung Melambat

Kepala BPS, Margo Yuwono/The Iconomics
Meski secara kumulatif sepanjang tahun 2022 dibandingkan tahun 2021, kinerja ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 26,07%, tetapi secara bulanan dalam beberapa bulan terakhir kinerja ekspor Indonesia mengalami perlambatan.
“Empat bulan berturut-turut ini [sejak September 2022] ekspor kita menurun, baik dari sisi nilai maupun dari sisi volume,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (16/1).
Pada Desember 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai US$23,83 miliar atau turun 1,10% kalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Nilai ekspor non migas mengalami penurunan sebesar 2,73% dibandingkan bulan November, menjadi US$22,35 miliar.
Margo mengatakan penurunan ekspor non migas terutama terjadi karena menurunnnya ekpsor bahan bakar mineral (HS27) sebesar 9,44%. Kemudian, diikuti lemak dan minyak hewan atau nabati (HS15) turun 9,47%, barang dari besi dan baja (HS73) turun 50,74% dan juga logam mulia dan perhiasan permata (HS71) turun 11,61%.
“Penurunan ekspor non migas ini melanjutkan penurunan yang terjadi di bulan sebelumnya. Pada November 2022, ekspor non migas turun 2,57% terhadap Oktober 2022. Penurunan ekspor non migas pada bulan terakhir ini terjadi baik dari sisi nilai maupun dari sisi volume,” ujar Margo.
Di sisi lain, ekspor migas masih mengalami kenaikan. Pada Desember 2022, total nilai ekspor non migas sebesar US$3,2 miliar, naik 32,45% dibandingkan bulan November, didorong oleh peningkatan nilai dan volume ekspor minyak mentah yaitu 73,24% (nilai) dan 95,7% (volume). Ekspor hasil minyak juga naik, dari sisi nilai naik sebesar31,73% dan dari sisi volume naik sebesar 45,54%. Ekspor gas mengalami peningkatan sebesar 28,18% dari sisi nilai dan naik sebesar 24,12% dari sisi volume.
Secara kumulatif, sepanjang 2022 lalu nilai ekspor Indonesia mencapai US$291,98 miliar atau naik 26,07%. Di sisi lain, impor tumbuh 21,07% menjadi US$237,52 miliar. Dengan kondisi tersebut, neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2022 mengalami surplus sebesar US$54,46 miliar, naik 53,71% dibanding surplus pada tahun 2021 yang mencapai US$35,41 miliar.
Pemerintah memperkirakan pada tahun 2023 ini, pertumbuhan ekspor relatif lebih kecil dibandingkan pertumbuhan ekspor tahun 2022 lalu.
“Kita memproyeksikan pertumbuhan ekspor tahun depan (2023) lebih melambat dari tahun lalu. Karena tahun 2022 ekspor kita tumbuh 29,4%, impor tumbuh 25,37%. Tahun depan (2023) karena kita basisnya sudah tinggi, diproyeksikan ekspor naiknya di 12,8% dan impornya 14,9%,” ujar Menteri Koordinator Perekoomian, Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu.
Untuk menjaga kinerja ekspor, selain melakukan ekspor ke negara-negara non tradisional, pemerintah juga berupaya untuk menandatangani Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dengan Uni Eropa pada tahun 2023 ini. Kemitraan ini memiliki arti penting, diantaranya karena ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ke Benua Biru itu masih dikenakan bea masuk yang tinggi, sementara produk yang sama dari negara kompetitor sudah dikenakan bea masuk 0%.
Leave a reply
