
Tiga Bank di AS Kolaps, Bank Indonesia Perkirakan Fed Tetap Kerek Suku Bunga Hingga 5,5%

Konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 15-16 Maret 2023. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di tengah potensi bank sentral Amerika Serikat terus menaikkan suku bunganya.
Bank Indonesia memandang bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed) berpotensi untuk tetap menaikkan suku bunga acuannya hingga 5,5%, meskipun stabilitas sistem keuangan di negara itu sedang terguncang setelah tiga bank kolaps.
Seperti diberitakan tiga bank di AS ditutup yaitu Silicon Valley Bank, Silvergate Bank dan Signature Bank sebagai imbas dari agresifnya The Fed menaikkan suku bunga acuan.
Menurut Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, penutupan tiga bank ini memang menjadi pertimbangan The Fed untuk menahan laju kenaikan suku bunganya.
Namun, menurut Perry, upaya penyelamatan atas tiga bank tersebut oleh Kementerian Keuangan AS, The Fed dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) diperkirakan akan memulihkan kembali kondisi stabilitas sistem keuangan di AS.
“Memang iya, FOMC [Federal Open Market Committee] akan mempertimbangkan faktor pertimbangan stabilitas sistem keuanga karena kasus tiga bank ini. Tetapi kami melihat dengan langkah-langkah yang dilakukan Fed, Treasury (Kementerian Keuangan AS) dan FDIC, dalam week end kemarin, menyelamatkan tiga bank ini, tentu saja pertimbangan-pertimbangan stability ini less important bagi Bank Indonesia,” ujar Perry dalam konferensi pers,Kamis (16/3).
Karena itu, dalam asesmennya terhadpa kebijakan The Fed, Bank Indonesia tetap mendasarkan pada aspek fundamental ekonomi AS.
“Dalam konteks ini (fundamenetal ekonomi), kalau kita lihat memang inflasi Amerika menurun, tetapi inflasi intinya itu menurunnya sangat-sangat lambat, baik karena memang ekonominya yang tumbuh cukup baik, tetapi juga karena keketatan pasar tenaga kerja. Itulah kenapa sebelum terjadinya tiga bank ini, ini memang kemungkinan Fed Fund Rate naiknya lebih tinggi,” ujar Perry.
Berdasarkan asesmen kondisi fundamental ini, Bank Indonesia memiliki dua skenario atas kebijakan suku bunga di AS. Skenario pertama adalah skenario baseline yaitu skenario dengan probabilitas terjadinya di atas 75%. Skenario kedua adalah potential risk yaitu skenario dengan probabilitas terjadnya antara 50% hingga 75%.
Untuk skenario baseline, Perry mengatakan, Bank Indonesi memperkirakan Fed Fund Rate masih akan naik lagi dari saat ini berada di kisaran 4,75% menjadi 5,25%. Sementara skenario potential risk adalah kenaikan hingga mencapai 5,5%.
“Kami di Bank Indonesia lebih mendasarkan kepada faktor-faktor fundamental ini. Sehingga kami menggunakan suatu baseline skenario Fed Fund Rate naik menjadi 5,25%, bahkan ada potensi menjadi 5,5%,” ujar Perry.
Bagaimana dampaknya ke suku bunga acuan Bank Indonesia?
Dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 15-16 Maret 2023 ini, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75%. Demikian pula suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,5%.
Bank Indonesia menilai tingkat suku bunga acuan 5,75% tersebut sudah memadai (sufficient) untuk mengarahkan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3 plus minus 1%, pada semester satu 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen akan kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1% mulai September 2023 yang akan datang.
“Kebijakan Bank Indonesia, khususnya kebijakan suku bunga didasarkan kepada ekspektasi dan proyeksi inflasi ke depan dan imbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Jadi, tidak one to one correlation dengan Fed Fund Rate. Kita mempunyai otonomi di dalam kebijakan suku bunga kita, kebijakan moneter kita,” ujar Perry.
Perry mengatakan tingkat inflasi di Indonesia menurun dengan cepat kembali ke sasarannya. Khusus inflasi inti, saat ini sudah berada di kisaran 3%. Inflasi inti yang sudah mencapai target ini, tegas Perry, sebagai dasar pertimbangan tidak perlu menaikkan suku bunga lagi. “Kenapa disebut memadai? Itu karena inflasi intinya di sekitar 3% dan kita terus jaga inflasinya,” ujarnya.
Sementara untuk inflasi keseluruhan, dilakukan dengan mengendalikan inflasi pangan dan inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered prices. Pengendalian komponen inflasi ini dilakukan melalui gerakan nasional pengendalian inflasi pangan yang digelar Bank Indonesia di berbagai daerah. Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam mengendalikan inflasi pangan ini.
“Memang kemarin naik (inflasi pangan), karena beras, tetapi ini sudah mulai panen sehingga itu bisa kendali,” ujar Perry.
Leave a reply
