
Tarif Mahal Naik ke Candi Borobudur Berdampak Buruk Bagi Daya Saing Pariwisata Indonesia

Candi Borobudur/Antara
Tarif untuk naik ke Candi Borobudur di Jawa Tengah bakal makin mahal. Kebijakan pemerintah ini dinilai akan mengurangi daya saing pariwisata Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah telah sepakat untuk membatasi kuota turis yang ingin naik ke Candi Borobudur sebanyak 1.200 orang per hari, dengan biaya US$100 untuk wisatawan mancanegara (wusma) dan turis domestik sebesar Rp750 ribu. Namun, setelah mendengar berbagai masukan, tarif untuk wisatawan domesitk sebesar Rp750 ribu itu akan dikaji kembali.
“Khusus untuk pelajar, kami berikan biaya Rp5.000 saja. Sedangkan untuk masuk ke Kawasan Candi akan akan tetap mengikuti harga yang sudah berlaku,” ujar Luhut.
Luhut menjelaskan pembatasan kuota turis tersebut dilakukan semata-mata untuk menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara. “Semua turis juga nantinya harus menggunakan tour guide dari warga lokal sekitar kawasan Borobudur, ini kami lakukan demi menyerap lapangan kerja baru sekaligus menumbuhkan sense of belonging terhadap kawasan ini sehingga rasa tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan salah satu situs sejarah nusantara ini bisa terus tumbuh dalam sanubari generasi muda di masa mendatang,” ujarnya.
Pelaku sektor pariwisata khawatir mahalnya tarif naik ke Candi Borobudur ini akan menurunkan daya saing sektor pariwisata Indonesia yang saat ini sudah membaik.
“Dari segi competitiveness-nya berdampak kurang baik, di tengah Indonesia dari segi index competitiveness dalam posisi cukup baik untuk tujuan destinasi wisata dunia. Namun, keputusan aturan kebijakan tarif sepertinya sudah final,” ujar Ricky Setiawanto, Sekretaris Jenderal Indonesia Inboud Tour Operator Association (IINTOA) kepada Theiconomics, Senin (6/6).
Pada 24 Mei lalu, World Economic Forum (WEF) mengumumkan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) Indonesia menunjukkan perbaikan cukup signifikan yaitu dari posisi 44 menjadi peringkat 32 besar dunia.
Menurut Ricky kebijakan tarif baru untuk naik ke Candi Borobudur ini, juga tidak sejalan dengan strategi kebijakan nasional yang menjadikan Kawasan Borobudur sebagai salah satu destinasi prioritas.
Sebagai perbandingkan sejak Februari 2017, pemerintah Kamboja menaikkan tarif masuk ke Candi Angkor Wat untuk wistawan asing. Tarif lama sudah berlaku sejak tahun 1994. Mengutip cambodiadaily.com, tiket untuk kunjungan satu hari meningkat dari $20 menjadi $37, tiket tiga hari naik dari $40 menjadi $62 dan tiket tujuh hari naik dari $60 menjadi $72. Dua dolar dari setiap tiket disumbangkan ke Rumah Sakit Anak Kantha Bopha, yang menyediakan perawatan gratis untuk anak-anak Kamboja. Untuk warga Kamboja, masuk ke candi seluas 163 hekatar itu, gratis alias tidak dipungkut biaya.
2 comments
Leave a reply

[…] Tarif Mahal Naik ke Candi Borobudur Berdampak Buruk Bagi Daya Saing Pariwisata Indonesia […]
[…] Tarif Mahal Naik ke Candi Borobudur Berdampak Buruk Bagi Daya Saing Pariwisata Indonesia […]