Tahun Depan Metrodata Incar Pertumbuhan Pendapatan 8% dan Laba Bersih 10%, Bagaimana Strateginya?

0
873

PT Metrodata Electronics  Tbk  (MTDL) optimistis pada tahun 2021 nanti bisnis perusahaan kembali tumbuh setelah pada tahun ini mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19. Lini bisnis solusi dan konsultasi akan terus digenjot untuk meningkatkan pendapatan berulang (recurring income).

“Untuk proyeksi tahun depan kami memperkirakan bahwa pendapatan kami bertumbuh sekitar 8% dan kemudian dilanjutkan dengan laba bersih kami bertumbuh sebesar 10%,” ungkap Randy Kartadinata Direktur MTDL saat paparan publik, Rabu (18/11).

Tahun 2020 ini, Randy mengatakan pendapatan diperkirakan turun dari Rp15,07 triliun pada 2019 menjadi sekitar Rp14 triliun. Hingga September lalu, total pendapatan emiten dengan kode saham MTDL ini sebesar Rp10,04 triliun. Sedangkan untuk laba bersih pada tahun 2020 ini diperkirakan tak berbeda jauh dengan 2019 lalu yaitu sekitar Rp350 miliar. Per September lalu, laba bersih MTDL sebesar Rp267,66 miliar.

Untuk kembali tumbuh pada tahun depan, dari sisi segmen bisnis distribusi, MTDL diantaranya akan terus mengembangkan merek-merek yang didistribusikan perusahaan.

“Kita sudah punya lebih dari 100 merek, kita ingin terus mengembangkan merek-merek tersebut. Karena produk IT itu hari ini yang terkenal merek A, besok bisa merek B, besok lagi bisa merek C. Jadi kita tidak ingin perusahaan kami ini tergantung pada satu dua merek. Kita terus kembangkan porduk yang ada supaya perusahaan kita ini stabil kalau ada apa-apa dengan satu dua merek tertentu,” ungkap Agus Honggo Widodo, Direktur MTDL.

Baca Juga :   Metrodata Pasarkan Solusi EPM Cloud Anaplan

MTDL akan fokus  pada  tren  cloud,  gaming,  dan  security,  serta  terus memenuhi kebutuhan produk‐produk TIK,  mulai  dari  notebook,  PC,  smartphone,  dan  produk  collaboration  solution.

Ke  depan,  unit  bisnis  distribusi  juga terus  mengembangkan  digital  platform  business,  yaitu  e‐commerce B2B,  cloud  distribution,  electronic  software distribution, vendor branded store API, B2B2C  API, offline to online, dan B2G platform. Untuk  B2B2C API, saat ini MTDL sedang merencanakan  dan  mempersiapkan  platform  untuk  memfasilitasi  partner  atau  dealer  untuk  berjualan di marketplace melalui platform yang  terhubung  dengan  MTDL,  di  mana  nantinya  MTDL yang akan melakukan pengiriman barang  (dropship).

Selain itu, MTDL juga melakukan pengembangan-pengembangan ke bisnis lainnya dari yang sudah ada saat ini. “Salah satu caranya barang kali kita  melihat kalau ada kemungkinan akuisisi, kita akan lakukan akuisisi maupun joint venture dan kita sedang menjajaki juga bisnis-bisnis di luar IT yang sudah kita miliki saat ini,” ujar Agus.

MTDL juga akan terus berupaya meningkatkan pendapatan berulang (recurring income) dari segmen bisnis solusi dan konsultasi. “Recurring revenue kita di tahun 2020 itu kurang lebih ada 40% dari total revenue. Itu sangat membantu kinerja perusahaan dan juga dari segi laba kotor. Ini yang akan kita fokuskan di tahun 2021 dan seterusnya sehingga bisa mencapai kurang lebih 50% dari total pendapatan kita,” ujar Sjafril Effendi, Direktur MTDL.

Baca Juga :   Metrodata Electronics Catat Pendapatan Semester I-2023 Turun 4%

Salah  satu  pendorong  pendapatan  recurring  adalah  diminatinya  solusi  cloud  yang  saat  ini  banyak  dibutuhkan di masa pandemi Covid‐19 dengan  adanya  penerapan  Work  From  Home  (WFH). Cloud services merupakan salah satu bagian dari  delapan pilar Solusi dan Konsultasi MTDL, yang  ditawrkan melalui anak usaha MTDL, PT Mitra  Integrasi Informatika (MII).  Solusi cloud ini, di antaranya  berupa  layanan  penyimpanan  data  berbasis  internet  yang  dapat  memberikan  kecepatan  dan  kemudahan  bagi  para  pelanggan, di mana dengan adanya penerapan  PSBB, para pelaku industri dituntut secara cepat  untuk melakukan shifting dari operasional yang  awalnya  di  area  perkantoran  menjadi  WFH.  Rangkaian cloud infrastructure yang ditawarkan  MTDL mulai dari platform private & multi cloud  hingga  public  cloud.  Adapun  saat  ini,  cloud  services yang sudah menjadi partner Metrodata  adalah  Microsoft  Cloud,  Amazon  Web  Service  (AWS), dan Google Cloud Platform.

Sjafril yang juga sebagai presiden direktur  MII mengatakan cloud  services  seperti:  IaaS  (Infrastructures  as  a  Services), PaaS (Platform as a Service) dan SaaS  (Software  as  a  Services),  adopsi  dan  perkembangannya  bertumbuh  pesat  selama  tahun  2020  ini. “Kami  perkirakan  akan  makin  banyak  industri  yang memanfaatkan  teknologi  hybrid  cloud  terutama  di  industri  telekomunikasi, financial services, Fast Moving  Consumer  Goods,  serta  pharmaceutical,” ujar Sjafril.

Baca Juga :   Kata.ai, Metrodata dan Google Cloud Kembangkan Agen Virtual dengan AI

Untuk industri keuangan, saat ini sebagian bank BUKU IV sudah menggunakan solusi yang ditawarkan oleh MTDL. “Jadi kita tinggal extend ke bank BUKU II dan bank BUKU III karena semua bank akan menuju ke digital,” ujarnya.

MTDL juga akan fokus menwarkan solusi digital ke perusahaan start‐up dan unicorn  seperti marketplace, e‐commerce dan fintech,  yang  akan  memindahkan  Cloud  Data  Center mereka  dari  luar  negeri  ke  Indonesia  karena  biayanya dalam mata uang rupiah dan latency yang  lebih  rendah  sehingga performance  akan  lebih meningkat.

Di samping itu, mulai tahun 2021 MTDL juga mulai kemabali memasuki public sector yang selama kurang lebih 7 tahun terakhir ditinggalkan. “Tentunya public sector tersebut kita akan memilih beberapa public sector yang menurut kita pengadaannya lebih transparan dan aman bagi semua pihak. Jadi selama ini kita keluar dari public sector karena kita juga masih belum siap ke sananya,” ujarnya.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics