
Tahun Depan Metrodata Incar Pertumbuhan Pendapatan 8% dan Laba Bersih 10%, Bagaimana Strateginya?

Ilustrasi/Pasardana
PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) optimistis pada tahun 2021 nanti bisnis perusahaan kembali tumbuh setelah pada tahun ini mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19. Lini bisnis solusi dan konsultasi akan terus digenjot untuk meningkatkan pendapatan berulang (recurring income).
“Untuk proyeksi tahun depan kami memperkirakan bahwa pendapatan kami bertumbuh sekitar 8% dan kemudian dilanjutkan dengan laba bersih kami bertumbuh sebesar 10%,” ungkap Randy Kartadinata Direktur MTDL saat paparan publik, Rabu (18/11).
Tahun 2020 ini, Randy mengatakan pendapatan diperkirakan turun dari Rp15,07 triliun pada 2019 menjadi sekitar Rp14 triliun. Hingga September lalu, total pendapatan emiten dengan kode saham MTDL ini sebesar Rp10,04 triliun. Sedangkan untuk laba bersih pada tahun 2020 ini diperkirakan tak berbeda jauh dengan 2019 lalu yaitu sekitar Rp350 miliar. Per September lalu, laba bersih MTDL sebesar Rp267,66 miliar.
Untuk kembali tumbuh pada tahun depan, dari sisi segmen bisnis distribusi, MTDL diantaranya akan terus mengembangkan merek-merek yang didistribusikan perusahaan.
“Kita sudah punya lebih dari 100 merek, kita ingin terus mengembangkan merek-merek tersebut. Karena produk IT itu hari ini yang terkenal merek A, besok bisa merek B, besok lagi bisa merek C. Jadi kita tidak ingin perusahaan kami ini tergantung pada satu dua merek. Kita terus kembangkan porduk yang ada supaya perusahaan kita ini stabil kalau ada apa-apa dengan satu dua merek tertentu,” ungkap Agus Honggo Widodo, Direktur MTDL.
MTDL akan fokus pada tren cloud, gaming, dan security, serta terus memenuhi kebutuhan produk‐produk TIK, mulai dari notebook, PC, smartphone, dan produk collaboration solution.
Ke depan, unit bisnis distribusi juga terus mengembangkan digital platform business, yaitu e‐commerce B2B, cloud distribution, electronic software distribution, vendor branded store API, B2B2C API, offline to online, dan B2G platform. Untuk B2B2C API, saat ini MTDL sedang merencanakan dan mempersiapkan platform untuk memfasilitasi partner atau dealer untuk berjualan di marketplace melalui platform yang terhubung dengan MTDL, di mana nantinya MTDL yang akan melakukan pengiriman barang (dropship).
Selain itu, MTDL juga melakukan pengembangan-pengembangan ke bisnis lainnya dari yang sudah ada saat ini. “Salah satu caranya barang kali kita melihat kalau ada kemungkinan akuisisi, kita akan lakukan akuisisi maupun joint venture dan kita sedang menjajaki juga bisnis-bisnis di luar IT yang sudah kita miliki saat ini,” ujar Agus.
MTDL juga akan terus berupaya meningkatkan pendapatan berulang (recurring income) dari segmen bisnis solusi dan konsultasi. “Recurring revenue kita di tahun 2020 itu kurang lebih ada 40% dari total revenue. Itu sangat membantu kinerja perusahaan dan juga dari segi laba kotor. Ini yang akan kita fokuskan di tahun 2021 dan seterusnya sehingga bisa mencapai kurang lebih 50% dari total pendapatan kita,” ujar Sjafril Effendi, Direktur MTDL.
Salah satu pendorong pendapatan recurring adalah diminatinya solusi cloud yang saat ini banyak dibutuhkan di masa pandemi Covid‐19 dengan adanya penerapan Work From Home (WFH). Cloud services merupakan salah satu bagian dari delapan pilar Solusi dan Konsultasi MTDL, yang ditawrkan melalui anak usaha MTDL, PT Mitra Integrasi Informatika (MII). Solusi cloud ini, di antaranya berupa layanan penyimpanan data berbasis internet yang dapat memberikan kecepatan dan kemudahan bagi para pelanggan, di mana dengan adanya penerapan PSBB, para pelaku industri dituntut secara cepat untuk melakukan shifting dari operasional yang awalnya di area perkantoran menjadi WFH. Rangkaian cloud infrastructure yang ditawarkan MTDL mulai dari platform private & multi cloud hingga public cloud. Adapun saat ini, cloud services yang sudah menjadi partner Metrodata adalah Microsoft Cloud, Amazon Web Service (AWS), dan Google Cloud Platform.
Sjafril yang juga sebagai presiden direktur MII mengatakan cloud services seperti: IaaS (Infrastructures as a Services), PaaS (Platform as a Service) dan SaaS (Software as a Services), adopsi dan perkembangannya bertumbuh pesat selama tahun 2020 ini. “Kami perkirakan akan makin banyak industri yang memanfaatkan teknologi hybrid cloud terutama di industri telekomunikasi, financial services, Fast Moving Consumer Goods, serta pharmaceutical,” ujar Sjafril.
Untuk industri keuangan, saat ini sebagian bank BUKU IV sudah menggunakan solusi yang ditawarkan oleh MTDL. “Jadi kita tinggal extend ke bank BUKU II dan bank BUKU III karena semua bank akan menuju ke digital,” ujarnya.
MTDL juga akan fokus menwarkan solusi digital ke perusahaan start‐up dan unicorn seperti marketplace, e‐commerce dan fintech, yang akan memindahkan Cloud Data Center mereka dari luar negeri ke Indonesia karena biayanya dalam mata uang rupiah dan latency yang lebih rendah sehingga performance akan lebih meningkat.
Di samping itu, mulai tahun 2021 MTDL juga mulai kemabali memasuki public sector yang selama kurang lebih 7 tahun terakhir ditinggalkan. “Tentunya public sector tersebut kita akan memilih beberapa public sector yang menurut kita pengadaannya lebih transparan dan aman bagi semua pihak. Jadi selama ini kita keluar dari public sector karena kita juga masih belum siap ke sananya,” ujarnya.
Leave a reply
