Sunarso Ungkap Sebanyak Rp5,8 Triliun Restrukturisasi Kredit di BRI Tak Terselamatkan Lagi

0
268

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melakukan restrukturisasi kredit kepada debitur yang terdampak pandemi Covid-19 sejak tahun 2020 lalu senilai Rp245 triliun. Mayoritas restrukturisasi ini adalah untuk debitur UMKM yang merupakan nasabah terbesar BRI.

Sunarso, Direktur Utama BRI mengatakan program restrukturisai ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga dan memulihkan bisnis UMKM yang terdampak pandemi Covid-19. Ia mengatakan memulihkan bisnis para UMKM merupakan bagian dari upaya untuk memulihkan bisnis BRI, sekaligus memulihkan bagian terbesar perekonomian nasional.

Selama periode pandemi, ia mengungkapkan, total restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh BRI terutama untuk UMKM mencapai lebih dari Rp245 triliun. Hingga akhir 2021 lalu, dari Rp245 triliun tersebut, yang tersisah atau masih dalam status restrukturisasi mencapai Rp156 triliun.

“Selebihnya adalah ada yang mereka melakukan pembayaran; [yang] betul-betul melakukan pembayaran itu Rp62 triliun dan kemudian ada yang benar-benar sembuh dari restrukturisasi itu Rp20,3 triliun dan ada yang benar-benar tidak bisa diselamatkan itu Rp5,8 triliun,” ujar Sunarso dalam diskusi Empowering SMEs to Recover Stronger yang diselenggarakan Briefer berkolaborasi dengan Rumah Perubahan dan Floating Market Lembang Group, Jumat (11/3).

Baca Juga :   Kerja Sama BRI-Kemendikbudristek Membuka Magang Kampus Merdeka untuk Mahasiswa Semester 5 Hingga 7

Pada awal pandemi dan program restrukturisasi, BRI mengkhawatirkan bayak kredit UMKM yang mengalami gagal bayar karena usaha yang kolaps akibat krisis karena pandemi. Namun, Sunarso mengatakan dengan kecermatan dan kehatian-hatian, kredit restrukturisasi yang benar-benar gagal relatif sedikit yaitu 5% dari total kredit yang direstrukturisasi.

“Artinya beban perbankan untuk mecadangkan modal untuk kredit yang tidak bisa diselamatkan itu menjadi masih sangat memadai. Karena yang tidak bisa diselamatkan sekitar 5%,” ujarnya.

Sebagai gambaran, BRI memiliki nilai pencadangan sebesar Rp80 triliun. Sementara nilai Non Performing Loan (NPL) sebesar Rp30 triliun. “Kalau kita cadangkan 200% saja, cuma butuh cadangan Rp60 triliun. Berarti masih ada kelebihan cadangan Rp20 triliun. Rp20 triliun itulah yang kita cadangkan untuk mencadangkan Loan at Risk. Loan at Risk-nya ternyata hanya 5%,” ujarnya.

Sunarso mengatakan meski memiliki pencadangan yang besar, BRI masih mampu mencetak laba bersih sepanjangan tahun 2021 lalu, bahkan tertinggi dibandingkan bank-bank lain di Indonesia.Tahun 2021 lalu, laba bersih BRI mencapai Rp32,2 triliun.

Leave a reply

Iconomics