Suku Bunga Acuan BI Naik, BFI Finance Indonesia Tbk Tak Naikkan Bunga Pinjaman ke Konsumen

0
437

Meski Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 basis poin (bps) sejak Agustus 2022 lalu, PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) menyatakan dampaknya ke suku bunga pinjaman perusahaan pembiayaan relatif tidak begitu besar karena melimpahnya likuiditas di pasar.

Suku bunga acuan BI yaitu BI-7 Day Reverse Repo Rate mengalami kenaikan secara bertahap sejak Agutus 2022 lalu dan berada pada level 5,75% pada Juni 2023.

“Bunga patokan [BI] itu naik 225 bps. Tetapi secara lending rate kalau mengacu ke BFI sendiri kami enggak melihat ada kenaikan dari sisi cost of fund . Jadi, cost of fund stay di level 7% bahkan malah turun sedikit di bawah 7%. Itu menunjukkan bahwa di luar kenaikan benchmark rate, karena likuiditas yang bagus impact kepada kenaikan suku bunga enggak terlau berasa dan juga dari sisi lending kami ke konsumen tidak kami naikan juga sebagai konsekuensi dari bisa dipertahankannya cost of fund yang kami dapatkan,” ungkap Sudjono, Chief Financial Offiece BFI dalam acara ‘Emiten Talk: Banking & Finance Series’ yang diselenggarakan Stockbit, Jumat (14/7).

Sudjono memprakirakan Bank Indonesia tak lagi menaikkan suku bunga acuannya ke depan. Pasalnya, sudah enam bulan terakhir bank sentral ini tak lagi mengerek suku bunga. Terakhir, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan ke level 5,75% pada Januari 2023 lalu.

Baca Juga :   3 Faktor Kunci bagi Modal Ventura untuk Biayai Startup

Sudjono mengatakan prospek industri pembiayaan pada tahun ini masih melanjutkan tren pertumbuhan positif, meski diakui tak sekencang tahun 2022 lalu. Adapun hal yang mendukung pertumbuhan industri pembiayaan tahun ini adalah berakhirnya status pandemi Covid-19. Ia mengatakan pada saat pandemi, supply begitu besar sementara demand melemah.

“Di 2022 sebaliknya demand-nya tinggi tetapi tidak didukung supply yang memadai. Di 2023 kondisi sudah mulai balance, artinya demand bagus, supply juga bagus,” ujarnya.

Membaiknya kondisi ekonomi domestik pada tahun ini antara lain tercermin dari penjualan kendaraan baik roda empat maupun dua. Sudjono menegatakan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) merevisi positif proyeksi penjualan kendaraan tahun ini. Gaikindo memprakirakan penjualan mobil akan mencapai lebih dari 1 juta unit. Sementara AISI memprakirakan penjualan motor mendekati 6 juta unit.

“Tentunya kita harapkan dengan kondisi dan keyakinan seperti itu, demand dan juga pertumbuhan di sisi industri pembiayaan juga akan positif,” ujarnya.

Dari sisi sumber pendanaan (funding), menurut Sudjono, likuiditas di pasar juga sangat bagus.”Demand cukup besar, supply juga besar. Jadi, ini sehat secara ekonomi,”ujarnya.

Baca Juga :   FIF Ajak Konsumen Kunjungi Booth Lewat Pameran Virtual

Pandangan yang positif di industri pembiayaan ini sejalan juga dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini yang diprakirakan di level 5%. Sudjono mengatakan baik Kementerian Keuangan maupun Bank Indonesia, sama-sama memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh di sekitar 5%. “Salah satu pendorongnya adalah dari industri keuangan. Selain itu juga di-support oleh industri yang bersifat komoditas seperti pertambangan, perkebunan dan sebagainya,” ujarnya.

Namun, Sudjono mengakui pertumbuhan industri pembiayaan pada tahun ini tidak sekencang tahun lalu. Dari sisi domestik, hiruk pikuk menjelang pemilihan umum menjadi salah satu faktor yang menahan pertumbuhan industri pembiayaan. Meski demikian, menurut Sudjono sejah ini proses politik lima tahunan ini berjalan dengan baik.

“Sejauh ini kita tidak melihat bahwa akan ada konsetelasi yang sangat-sangat berat pada pemilu mendatang. Kita melihat juga kesadaran masyarakat, kemudian dari sisi maturity juga bertambah, tidak terlalu emosional, dan tidak terjadi gesekan di akar rumput. Itu yang paling penting. Artiya, selama kita bisa melewati pemilu dengan baik, tidak ada keributan, saya yakin Indonesia akan tumbuh lebih sehat lagi ke depannya. Kita tahu investasi yang sudah dilakukan selama hampir 10 tahun terakhir ini di bidang infrastruktur dan sebagainya, menarik lebih banyak lagi pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dari sisi itu saya rasa semua hal positif,” ujanrya.

Baca Juga :   CIMB Niaga Auto Finance Terbitkan Sukuk dengan Target Perolehan Rp1 Triliun

Namun, tambah dia, kondisi yang perlu diwaspadai adalah ketidakpastian dari sisi eksternal. “Kita juga mesti antisipasi karena ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari ekonomi internasional. Bagiamana impact dari ekonomi di Amerika dan juga di China, kemudian konstelasi perang dagang yang ada, jangan sampai mempengaruhi ekonomi Indonesia secara negatif. Tetapi, kalau di luar itu saya rasa so far semua indikator menunjukkan bahwa outlook-nya positif,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics