Strategi Semen Indonesia Jaga Kinerja di Tengah Permintaan Semen yang Lesu

0
336
Reporter: Petrus Dabu

Di tengah permintaan semen yang lesu pada tahun ini akibat pandemi Covid-19, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) atau Semen Indonesia Group (SIG) masih bisa mempertahankan kinerja keuangan yang cukup baik. Memang dari sisi pendapatan mengalami sedikit koreksi, tetapi laba bersih berhasil tumbuh dobel digit.

Pendapatan SMGR pada semester pertama 2020 sebesar Rp16,02 triliun, turun 2% dibanding Rp16,35 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba bersih sebesar Rp612,47 miliar, naik 26,34% dibanding Rp484,78 miliar pada semester pertama tahun lalu.

Direktur Keuangan SIG, Doddy Sulasmono Diniawan mengatakan, meskipun pendapatan menurun sebesar 2%, namun dengan berbagai program efisiensi, beban pokok penjualan dapat menurun lebih besar dibandingkan penurunan pendapatan sehingga laba kotor Perseroan meningkat sebesar 3,2% menjadi Rp4,81 triliun dibanding semester I tahun 2019. EBITDA meningkat 9,6% menjadi Rp3,47 triliun.

“Beban keuangan Perseroan juga mengalami penurunan yang merupakan hasil dari upaya pengelolaan arus kas sehingga Perseroan mampu menurunkan jumlah pinjaman sepanjang semester I tahun 2020. Perseroan juga telah melakukan program refinancing pada semester 2 tahun 2019, sehingga diperoleh tingkat bunga pinjaman yang lebih kompetitif”, kata Doddy di Jakarta, Rabu (26/8).

Baca Juga :   RUPST Semen Indonesia Angkat Eks Menkominfo Rudiantara Jadi Komisaris Utama

Doddy menjelaskan peningkatan kinerja operasional dan keuangan tersebut dicapai melalui berbagai inisiatif strategis, baik cost leadership melalui program transformasi biaya, integrasi berbagai fungsi strategis antar anak usaha, serta sinergi yang dibangun dengan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.

Lebih lanjut Doddy mengatakan, ditengah tantangan pasar yang semakin kompleks dan wabah pandemi Covid-19, Perseroan terus melakukan efisiensi baik dalam hal operasional maupun keuangan melalui pengelolaan utilisasi produksi, efisiensi penggunaan bahan baku, memastikan pengelolaan proses supply chain yang optimal, serta melakukan pengetatan dan meningkatkan kedisiplinan dalam pengelolaan arus kas.

Bagaimana dengan proyeksi hingga akhir tahun? Dari sisi kinerja keuangan Doddy mengatakan karena merupakan perusahaan manufaktur, maka kinerja keuangan tergantung pada penjualan yang dilakukan. Memang biasanya penjualan semen pada semester kedua lebih tinggi dibanding semester pertama. Tetapi kalau pun toh, pandemi Covid-19 belum juga akan berakhir dan tetap memukul perekonomian, Doddy mengatakan setidaknya kinerja keuangan pada semester kedua akan sama dengan semester pertama 2020.

Tetapi, Doddy optimistis semester kedua ini akan tetap lebih baik terutama karena melihat upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendorong perekonomian di semester kedua untuk mencegah terjadinya resesi. “Kita lihat berbagai gebrakan pemerintah untuk mendorong penguatan daya beli dan pertumbuhan ekonomi pasti ada impact ke permintaan [semen] kita,” ujarnya.

Baca Juga :   Semen Indonesia Bikin Perusahaan Patungan dengan 6 BUMDes di Rembang, Jateng

Direktur Marketing & Supply Chain SIG, Adi Munandir mengatakan secara nasional hingga Juli lalu permintaan semen mengalami penurunan sebesar 8,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir tahun, ia memperkirakan permintaan semen secara nasional akan turun sekitar 13% hingga 15%.

Di tengah kelesuhan permintaan itu, menurut Adi masih ada potensi-potensi yang bisa dimaksimalkan oleh Perseroan. Menurutnya, penurunan permintaan terjadi pada segmen bulk (curah) karena adanya penundaan sejumlah proyek infrastruktur. Tetapi permintaan di segmen semen bag (kantong) untuk pasar ritel masih tidak terlalu buruk.

“Kami perhatikan bahwa segmen ritel penjualan di periode pandemi ini masih memiliki kekuatan terutama untuk segmen pelanggan terkait dengan pasar renovasi. Jadi kita mengoptimasi kegiatan penjualan kita untuk bisa men-trap segmen pasar yang baru tersebut. Kita melakukan pengembangan produk dan juga chanel baru untuk meng-address pasar tersebut melalui pengembangan chanel digital yang kita miliki hari ini,” ujarnya.

Untuk segmen bulk, meski penurunannya dalam, tetapi masih ada permintaan untuk proyek-proyek yang harus tetap jalan. Selain itu, juga masih ada permintaan untuk sektor perumahan.

Baca Juga :   Semen Indonesia Catat Kenaikan Pendapatan 4% Hingga Kuartal III-2023

“Kita di SIG melakukan langkah-langkah untuk men-trap atau mengantisipasi atas eksisting demand yang ada antara lain dengan pengembangan produk. Jadi, memang di era pandemi ini ada perlambatan-perlambatan, tetapi kami di SIG terus melihat peluang-peluang atas demand-demand yang masih ada dan kita siapkan produk untuk men-trap pasar tersebut,” ujarnya.

Johanna Daunan, GM of Marketing SIG menambahkan selain penambahan dari sisi produk dan service, pihaknya juga akan memaksimalkan produk dari portofolio brand yang sudah ada. “Salah satunya adalah brand yang baru kita launching yaitu dynamics, kita akan menambahkan produk portofolionya. Terus kemudian penggunaan multi brand yang kita rasa punya kekuatan di masing-masing area. Kita ingin memaksimalkan kekuatan kita yang sudah ada,” ujar Johanna.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics