Strategi CIMB Niaga Finance Hadapi Tantangan Berat pada Semester II-2022

0
540

Semester pertama 2022 dilalui PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance/CNAF) dengan kinerja bisnis dan keuangan yang menggembiarakan. Pembiayaan baru tumbuh 103% year on year (YoY). Demikian juga total aset kelolaan tumbuh 50,8% YoY. Laba sebelum pajak meningkat 90,1% YoY, yang ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga dan fee base income, yang masing-masing tumbuh 57,4% YoY dan 37,9% YoY.

Presiden Direktur CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman mengatakan Perseroan akan berusaha mempertahankan capian positif tersebut pada paruh kedua tahun ini. Namun, ia mengakui tantangan yang dihadapi memang lebih berat, seperti kondisi makro yang ditandai dengan inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga acuan. Pemerintah juga diperkirakan akan mengakhiri stimulus berupa diskon PPnBM untuk pembelian mobil baru, meski dikatakan Ristiawan, para pelaku industri tentu berharap agar stimulus tersebut diperpanjang lagi.

“Tantangan enam bulan ke depan memang jauh lebih berat dibandingkan tantangan dari Januari sampai dengan Juni,” ujar Ristiawan saat paparan kinerja semester pertama di Jakarta, Rabu (24/8).

Baca Juga :   Tumbuh 11,4%, Pembiayaan Baru CIMB Niaga Finance pada 2024 Capai  Rp9,96 Triliun

Tahun ini, berdasarkan rencana bisnis perusahaan yang dilaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), CIMB Niaga Finance menargetkan pembiayaan baru (booking) mencapai Rp7 triliun. Perseroan optimistis, target tersebut akan tercapai, karena hingga akhir paruh pertama tahun ini, realisasi pembiayaan baru CIMB Niaga Finance sudah mencapai Rp4,47 triliun.

Tetapi, dikatakan Ristiawan, sebenarnya CIMB Niaga Finance mempunyai target yang lebih agresif untuk pembiayaan baru pada tahun ini yaitu mencapai Rp10 triliun. Tetapi, melihat kondisi makro terkini, seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dipastikan akan mengerek inflasi serta tren suku bunga tinggi, target tersebut tidak mudah digapai.

“Dengan melihat berbagai macam indikator, kita sekarang ini ingin melihat dulu, sejauh mana dampak yang akan ditimbulkan dari inflasi yang meningkat. Keniakan harga BBM itu akan kena ke semua. Pada saat BBM naik distribusi akan mahal, inflasi juga akan menjadi naik, suku bunga juga akan meningkat,” ujarnya.

Karena itu, Ristiawan mengatakan target agresif Rp10 triliun untuk pembiayaan baru ini kemungkinan akan direvisi lagi. Tetapi, ditegaskannya, Perseroan optimistis, target Rp7 triliun yang sudah diajukan ke OJK akan tercapai.

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics