Strategi Bank Mandiri Menjaga Pertumbuhan Kredit Tahun Ini Tetap Positif

0
1785
Reporter: Petrus Dabu

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memproyeksikan pada tahun ini penyaluran kredit akan tetap tumbuh meski tak sebesar tahun 2019 lalu, sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Hingga akhir semester pertama 2020 lalu, kredit bank plat merah ini tumbuh sebesar 4,38% year on year menjadi Rp871,66 triliun.

Silvano Rumantir, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri mengatakan di tengah kondisi ekonomi yang lesu pada tahun ini, Bank Mandiri tetap berkomitmen untuk menumbuhkan kredit walaupun tak sebesar masa sebelum pandemi.

“Yang bisa kita komit adalah kredit tetap bisa tumbuh positif untuk sektor-sektor yang berprospek tumbuh secara prudent,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (26/8).

Ahmad Siddik Badruddin, Direktur Manajemen Risiko, Bank Mandiri menambahkan untuk menjaga pertumbuhan kredit ini, salah satu segmen yang digenjot adalah segmen Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selama masa pandemi, jelasnya, Bank Mandiri tetap mengucurkan kredit untuk segmen KUR ini, terutama karena segmen ini dari sisi kualitas kredit memiliki kinerja terbaik. Artinya, termasuk berisiko rendah (low risk).

“Dan kita terus memberikan kredit ke segmen KUR karena kita beranggapan kalau bisnisnya masih bisa jalan, usahanya masih bisa jalan selama pandemi kemungkinan besar akan survive sehingga kita terus memberikan kredit. Jadi sampai akhir tahun pun kita optimis akan bisa mencapai target untuk KUR,” ujarnya.

Baca Juga :   Bank Mandiri Grup Berikan Bingkisan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Per Juni lalu, penyaluran kredit untuk segmen KUR dari Bank Mandiri tumbuh sebesar 23%.

Sedangkan untuk segmen commercial banking, Siddik mengatakan pihaknya lebih berhati-hati (prudent) dalam memberikan kredit. Kalau pun diberikan, diutamakan kepada nasabah commercial banking lama yang sudah menunjukkan kinerja cukup baik selama pandemi dan mereka memerlukan tambahan kredit modal kerja. “Jadi mayoritas dari pemberian kredit di segmen komersial itu kita berikan kepada eksisting debutur dengan track record yang baik,” ujar Siddik.

Sedangkan untuk debitur baru, tambahnya, pihaknya sangat selektif di segmen komersial.

Per akhir semester pertama lalu, kredit di segmen komersial ini tumbuh 5%.

Pertumbuhan kredit Bank Mandiri juga akan tertolong oleh adanya penempatan dana pemerintah di bank tersebut sebesar Rp10 triliun pada Juni lalu. Hingga saat ini, menurut Siddik, Bank Mandiri sudah menyalurkan sekitar Rp29 triliun dari target Rp30 triliun hingga September nanti. Sebagai informasi, pemerintah menempatkan dana Rp30 triliun di Bank Himbara diantaranya Bank Mandiri sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Atas penempatan dana tersebut, bank Himbara wajib menyalurkan kredit minimal 3 kali lipat dari jumlah dana yang ditempatkan.

Baca Juga :   HUT Ke-25, Bank Mandiri Berkomitmen Lanjutkan Transformasi

Ada pun penyaluran kredit Rp29 triliun di Bank Mandiri tersebut sebagian besar terserap ke 10 sektor yaitu industri pupuk dan obat hama; jasa keuangan; Fast Moving Consumer Good; konstruksi; pertanian dan kehutanan; peralatan rumah tangga; pertanian  dan perikanan; hotel restoran dan akomodasi; perdagangan serta semen dan bahan bangunan lainnya. “Itu sekitar 80% dari pemberian kredit under  PEN itu masuk ke top ten sektor tersebut dan cukup merata,” ujarnya.

Kredit Bermasalah

Hingga akhir Juni lalu, rasio kredit bermasalah (NPL) di Bank Mandiri sebesar 3,4%. Hingga akhir tahun nanti, menurut Siddik, NPL diperkirakan berada di kisaran 3,4% hingga 3,6%.

“NPL itu mengalami kenaikan terutama karena kenaikan di segmen wholesale disebabkan karena ada beberapa debitur besar yang sebelum pandemi sudah ada masalah atau debitur tersebut kurang sehat. Tetapi sebelum pandemi terjadi kita masih memperkirakan debitur tersebut akan bisa melangsungkan usahanya dan membayar kewajibannya kepada Bank Mandiri. Akan tetapi karena terjadi pandemi masalah tersebut ter-magnified atau terakselerasi sehingga beberapa debitur besar tersebut harus kita down grade ke NPL dan tidak bisa kita klasifikasikan restructuring under POJK 11,” jelas Siddik.

Baca Juga :   Dukung Progran Pemerintah, Bank Mandiri Catat Penyaluran KUR Rp 19,33 Triliun per Juni 2024

Lebih lanjut dikatakannya salah satu strategi untuk menekan angka NPL ini adalah dengan terus melakukan program restrukturisasi untuk debitur yang terdampak pandemi Covid-19. Saat ini, jumlah kredit yang sudah direstrukturisasi di Bank Mandiri mencapai sekitar Rp130 triliun. Siddik mengatakan saat ini tren permintaan restrukturisasi sudah mulai melandai.

“Sampai akhir tahun kemungkinan besar kita akan merestrukturisasi sekitar Rp150 triliun. Jadi, kemungkinan masih ada sekitar Rp20 triliun yang akan kita restrukturisasi sampai akhir tahun,” ujarnya.

 

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics