
Skenario Terburuk karena Corona: Pertumbuhan Indonesia Bisa Sentuh 0%

Menteri Keuangan Sri Mulyani/Antara
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai bisa berada di posisi 0 persen akibat virus corona. Itu sebagai gambaran apabila pemerintah mengambil skenario terburuk seperti membatasi pergerakan atau menetapkan lockdown.
“Jadi, kami di Kementerian Keuangan melakukan berbagai skenario, katakanlah Covid-19 berapa lama, berapa bulan dan kalau kemungkinan terjadinya pergerakan yang dipersempit atau bahkan sampai lockdown, juga kami membuat skenario,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Jumat (20/3).
Sri Mulyani mengatakan, itu terkait dengan perdagangan internasional yang sudah mulai mengganggu aktivitas pendistribusian. Menurunnya tingkat okupansi perhotelan dan kurangnya turis asing dan domestik di sektor pariwisata juga menjadikan efek domino bagi perekonomian Indonesia.
“Juga konsumsi rumah tangga terutama untuk konsumsi bahan pokok dan kesehatan, juga kemungkinan terjadinya disrupsi di tenaga kerja. Atau terjadinya kerugian atau kekurangan tenaga kerja,” kata Sri Mulyani.
Lebih jauh Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi akibat Covid-19 justru akan makin terbebani dan lebih berat. Terlebih bila wabah ini masih akan berjalan hingga 6 bulan ke depan, perdagangan internasional, penerbangan internasional akan mulai terdepresiasi. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mulai ke titik terendah 2,5% atau bisa sampai ke 0%.
“Dengan skenario tersebut, masalahnya lebih berat, wabah Covid-19 bisa lebih dari 6 bulan, dan perdagangan internasional di bawah 30% sampai penerbangan shock 75%. Maka pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 2,5% atau bahkan sampai ke nol,” kata Sri Mulyani.
Kehancuran ini akan bertambah bila penanganan Covid-19 sangat lamban sehingga penemuan anti virus akan sangat ditunggu. “Kami juga belum bisa menyampaikan berapa resize-nya karena, penanganan COVID-19, kita juga berharap adanya penemuan vaksin anti virus. Kalau bisa dilakukan cepat, tentu ini akan dampaknya pendek,” kata Sri Mulyani.
Leave a reply
