Situasi Ekonomi dan Politik Global Masih Bergejolak, Presiden: Hati-hati, Sense of Crisis Harus Ada

1
568

Presiden Joko Widodo mengingatkan situasi ekonomi dan politik global masih bergejolak. Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya hilang. Perang antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan krisis energi dan pangan. Karena itu, Kepala Negara meminta kepada seluruh jajaran pemerintahan untuk mengantisipasi berbagai potensi krisis yang akan terjadi.

Dalam arahannya saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2022, Presiden mengatakan situasi ekonomi dan politik globlal mengalami gejolak yang penuh dengan ketidakpastian. Pandemi belum sepenuhnya berakhir. Beberapa negara masih berjuang untuk menekan penyebaran Covid-19 bahkan masih melakukan lockdown. Kemudian terjadi gangguan supply chain atau rantai pasok yang dampaknya kemana-mana. Perang antara Rusia dan Ukraina yang terjadi sejak Februari lalu menyebabkan krisis energi dan pangan yang telah menyebabkan inflasi global meningkat tajam dan pertumbuhan ekonomi global mengalami perlambatan.

Presiden menyampaikan inflasi di Turki bahkan sudah mencapai 61,1%. Inflasi di Amerika Serikat yang biasanya di bawah 1% kini sudah berada di level 8,5%. Presiden meminta agar inflasi Indonesia yang masih berada di level 2,6% pada Maret lalu dipertahankan.

Baca Juga :   BUMN Wujudkan Hilirisasi yang Dicanangkan Presiden Jokowi

“Saya memberikan gambaran seperti ini agar kita semua betul-betul waspada, betul-betul mengkalkulasi, menghitung secara detil, sehingga langkah antisipasinya tepat. Langkah antisiapsinya betul, benar. Dan kita harus betul-betul siap jika krisis ini berlanjut hingga tahun depan. Hati-hati semuanya. Semua kita harus memiliki sense of crisis. Jangan seperti biasanya. Jangan business as usual. Hati-hati. Sense of crisis harus ada di kita semuanya, sehingga kita harus ada perencanaan yang baik, harus ada skenario yang pas dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini,” ujar Presiden.

Dalam situasi yang penuh gejolak ini, lanjut Presiden patut disyukur ekonomi Indonesia menunjukkan tren yang positif, berdasarkan sejumlah indikator. Neraca perdagangan masih surplus sebesar US$3,82 miliar Februari 2022 dan US$4,5 miliar pada Maret 2022.

Pertumbuhan kredit juga menunjukkan tren yang positif. Pada Februari penyaluran kredit perbankan tumbuh 6,33% dari 5,79% pada Januari 2022.

Aktivitas industri juga masih dalam zona ekspansi yang terlihat dari indikator PMI (Purchasing Managers’ Index) Manufactur yang berada di atas 50. Pada Maret PMI berada di level 51,3, dari sebelumnya pada Januari 2022 sebesar 51,2.

Baca Juga :   Jajaran Penerima Penghargaan CEO Awards 2024 dan Popular Public Leader Awards 2024

Tingkat konsumsi masyarakat juga membaik. Pada Maret 2022, indeks penjualan riil berada di atas normal yaitu 14,5%. Demikian juga indeks keyakinan konsumen sudah berada di atas normal.

“Saya kira angka-angka seperti ini harus kita jaga, momentum tren positif pertumbuhan ekonomi juga harus kita jaga. Sebagaimana tema RKP [Rencana Kerja Pemerintah] 2023, kita harus bekerja keras untuk meningkatkan produktifitas menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

1 comment

Leave a reply

Iconomics