
Serangkaian Solusi Artajasa untuk Menangkap Peluang Saat Ini dan Mendatang

Dirut Artajasa M. Ma'ruf/Dok. Iconomics
Nama Artajasa memang tidak sepopuler ATM Bersama. Tetapi, peran penting Artajasa dalam kehidupan masyarakat tak hanya pada layanan ATM Bersama yang ditawarkan sejak 1990, tetapi dalam berbagai transaksi digital saat ini pun di belakangnya ada Artajasa.
“Artajasa sendiri memang lebih dikenal dengan brand ATM Bersama. Kita memang secara korporasi (berada) di balik layar, kurang diketahui orang,” ujar M. Ma’ruf, Presiden Direktur PT Artajasa Pembayaran Elektronis atau Artajasa, saat menerima kunjungan tim The Iconomics di Graha Artajasa, Tangerang Selatan, Selasa (11/10).
Artajasa berdiri tahun 2000. Tetapi cikal bakalnya sudah dimulai tahun 1990, saat PT Aplikanusa Lintasarta atau Lintasarta (berdiri tahun 1988), bersama empat bank menginisiasi jaringan ATM Bersama. Keempat bank tersebut adalah Bank Dagang Negara atau BDN (sekarang Bank Mandiri), Bank Bali (sekarang Bank Permata), Bank Duta (sudah dilikuidasi) dan Citi Bank.
“Bank-bank itu yang menjadi founder untuk bikin ATM Bersama,” ujar Ma’ruf.
Ma’ruf menjelaskan saat ATM Berama diperkenalkan, kerja sama antar bank dalam bisnis ATM memang tidak mudah. Pada saat itu, masing-masing bank lebih memilih menjalankan sendiri-sendiri jaringan ATM mereka. Tetapi ATM Bersama yang dirintis oleh Lintasarta dan empat bank kemudian menjadi cikal bakal interkoneksi jaringan ATM antarbank di Indonesia, sehingga saat ini masyarakat bisa melakukan transaksi keuangan beda bank di ATM.
Layanan Artajasa sejatinya tidak hanya ATM Bersama. Dalam berbagai transaksi keuangan digital saat ini pun ada peran Artajasa di dalamnya. Dus, meski berada di balik layar, perusahaan ini sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Saat Anda membeli pulsa dan membayarnya dengan menggunakan mobile banking salah satu bank misalnya, ada Artajasa yang menghubungkan bank dengan penyedia pulsa.
Demikian juga ketika Anda melalukan top up dompet uang elektronik seperti Gopay, OVO, dan lain-lain. Beberapa bank memang ada yang langsung kerja sama dengan fintech uang elektronik tersebut. Tetapi banyak juga diantaranya yang tidak bekerja sama secara langsung, tetapi terkoneksi melalui Artajasa.
Saat melakukan pembayaran dengan QR Code juga ada peran Artajasa di situ. Misalnya, di satu merchant tersedia pembayaran dengan OVO, tetapi Anda hanya punya saldo di Gopay. Pemabayaran masih bisa dilakukan karena adanya interkoneksi. Artajasa berada di tengah-tengah yang mengkoneksikan OVO sebagai acquirer dan Gopay sebagai source of fund.
Demikian juga kalau melakukan pembayaran dengan kartu, juga ada peran Artajasa di dalamnya sehingga transaksi itu bisa dilakukan. Pembayaran tagihan listrik, cicilan kredit di multifinance, asuransi, dan lain-lain, juga di belakangnya ada Artajasa.
Jadi, sebenarnya dari bangun tidur hingga tidur lagi banyak sekali aktivitas keuangan yang melibatkan peran Artajasa di belakang layarnya. Hanya memang karena Artajasa adalah penyedia infrastruktur teknologi di belakang layar (back end), end customer sering kali tak menyadarinya. Peran Artajasa tidak hanya mengkoneksikan, tetapi lebih dari itu, juga menjamin transaksi keuangan itu lancar dan aman.

Thomas Arunditya, VP Corporate Strategy Artajasa
Thomas Arunditya, VP Corporate Strategy Artajasa menjelaskan saat ini Artajasa memiliki lima lini bisnis. Pertama, switching termasuk di dalamnya ATM Bersama, QR Bersama, dan juga interkoneksi antara Artajasa dengan perusahaan switching lainnya seperti Jalin, Rintis dan sebagainya.
Kedua, lini bisnis payment yaitu untuk pembayaran-pembayaran seperti multifinance, transportasi, asuransi, game, donasi dan lainnya.
Ketiga, settlement services. “Kita bantu pengiriman uang dari luar negeri ke dalam negeri, atau pengiriman dari provider di dalam negeri terus dia pingin kirim uang ke banyak bank, itu bisa lewat kita, untuk membantu mereka melakukan settlement dengan para pihak yang melakukan kerja sama dengan mereka,” jelas Thomas.
Keempat, lini bisnis managed service yaitu layanan yang dilakukan oleh pihak ketiga (dalam hal ini Artajasa) untuk mengelola sistem atau infrastruktur yang mencakup mengelola sistem keamanan pada server, melakukan proses backup dan pengelolaan database, memantau kesehatan server, menyediakan sistem CRM untuk customer service dan lainnya.
“Player-player ini kan mereka untuk masuk ke ekosistem, mereka butuh infrastruktur. Kalau mereka investasi sendiri biasanya mahal. Jadi, kita menyiapkan infrastruktur-infrastruktur untuk mereka dan kita kelolakan, operasikan infrastruktur ini untuk mereka,” jelas Thomas.
Kelima, lini bisnis front-end services atau produk-produk yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Artajasa memiliki uang elektronik bernama MYNT.
Thomas mengatakan oleh regulator yaitu Bank Indonesia, Artajasa diposisikan sebagai back-end dan tidak boleh terkoneksi langsung dengan pelanggan. Karena itu, nantinya lini bisnis front-end services ini akan dipisahkan ke dalam entitas berbeda dengan Artajasa, meskipun tetap terkoneksi dengan ekosistem Artajasa.
“Front-end services ini sesuai dengan regulasi nanti harus dipisahkan dalam entitas berbeda, tetapi secara service saat ini masih di Artajasa. Tahun depan mungkin akan dipisahkan ke entitas yang berbeda,” jelas Thomas.
Perusahaan Pengelola Aset Jadi Pemegang Saham
Dari sisi kepemilikan, 55% saham Artajasa dimiliki oleh PT Aplikanusa Lintasarta atau Lintasarta yang merupakan anak usaha Indosat. Pemegang saham lainnya adalah Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKKBI) sebesar 35% dan PT Multi Visi Komputama (MVK).
Pada 5 Oktober 2022, Lintasarta mengalihkan 55% sahamnya di Artajasa ke anak usahanya yaitu PT Arta Integrasi Teknologi (ARINT). Selanjutnya pada 7 Oktober 2022, Lintasarta menjual 38% sahamnya di ARINT kepada perusahaan BUMN, PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Dengan transaksi ini, maka kini PPA juga ikut menjadi pemilik Artajasa. M. Ma’ruf, Presiden Direktur Artajasa mengatakan siap bekerja sama dengan pemilik baru perusahaan. Ia mengatakan belum ada rencana spesifik yang dibuat pasca akuisisi ini terjadi.
“Karena baru minggu lalu, kita mungkin nanti akan ketemu, lebih detil, untuk bahas kira-kira apa selanjutnya action ke depan. Saat ini memang kita siap untuk menjalakan kolaborasi-kolaborasi yang diharapkan dari pemegang saham yang baru untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis Artajasa baik secara perusahaan maupun secara grup,” ujar Ma’ruf.
Leave a reply
