Sektor Perhotelan Berbenah Pasca Pandemi Covid-19

0
801

Ada optimisme sektor perhotelan kembali bangkit dari keterpurukannya pada tahun 2021. Namun, banyak perubahan sebagai adaptasi atas kondisi pasca Covid-19 yang menuntut para pelaku di industri ini untuk menerapakan dengan sungguh-sungguh konsep CHSE – clean, healthy, safe and environment.

Merujuk laporan Badan Pusat Statisik (BPS) tingkat hunian kamar hotel bintang pada Oktober lalu rata-rata sebesar 37,48%. Kondisi ini sudah lebih baik ketimbang pada kondisi pada awal-awal masa Pembatasan Sosial Berskla Besar (PSBB) dimana pada April hingga Juni, rata-rata tingkat hunian kamar hotel masing-masing hanya 12,67%; 14,45% dan 19,07%.

Kondisinya terus membaik sejak Juli seiring dengan pelonggaran PSBB. Pada Juli rata-rata tingkat hunian kamar hotel menjadi 28,07%. Kemudian pada Agustus dan September masing-masing 32,9% dan 32,12%.

“Hotel-hotel tahun 2021 pastinya akan jauh lebih baik tetapi tidak mungkin sama seperti sebelum Covid-19. Dan mereka akan mencapai posisi yang seperti sebelum Covid itu di atas tahun 2022,” ujar Alexander Nayoan, Ketua Bidang Pelatihan Sumber Daya Manusia Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dalam konferensi ‘Transforming from Relief to Recovery’ pada Kamis (10/12/2020) secara virtual.

Baca Juga :   PHRI: Dampak Covid-19, 95% Restoran Tutup, Ribuan Karyawan Akan Dirumahkan

Lebih lanjut Alexander mengatakan hotel-hotel di perkotaan akan lebih cepat pemulihannya baik dalam hal average room rate maupun okupansi. Tetapi, pemulihan yang lebih lambat akan terjadi pada hotel di daerah-daerah tujau wisatawan karena masih adanya pembatasan bepergian dari sejumlah negara terhadap warganya.

“Perkiraan kami, kalau misalnya semua border di negara-negara lain sudah dibuka, itu setelah bulan Mei 2021 mulai ada peningkatan dan sudah lebih baik itu di bulan Agustus,” ujarnya.

Tetapi, tambahnya juga tergantung pada kebijakan masing-masing negara apakah mereka mengizinkan masyarakatnya keluar dari negaranya. Pembatasan kunjungan ke negara lain diambil setidaknya karena dua alasan yaitu karena Covid-19 itu sendiri. Kemudian kedua juga karena ada negara yang ingin supaya uang berputar dulu di negara masing-masing, setelah berlebih baru mereka dizinkan untuk spend ke negara-negara lain.

Terlepas dari itu, Alexander mengatakan saat ini hotel-hotel sudah berbenah. Pemasaran yang dilakukan oleh pelaku industri ini sudah berubah.

“Cara me-market-nya adalah lebih ke arah CHSE – clean, healthy, safe, environment. Semua hotel sekarang bersaing sebenarnya di bidang ini ya, siapa yang bisa menunjukkan lebih healthy dan safe,”ujarnya.

Baca Juga :   InJourney Hospitality Catat Peningkatan Keterisian Kamar Hotel hingga 4,1% di Momen Lebaran 2025

Alexander mengatakan sekitar Maret lalu setidaknya ada 1.800 hotel bintang yang berhenti beropersi dan sekarang 40% hingga 50% diantaranya sudah kembali beroperasi. Karena itu, kebutuhan tenaga kerja di sektor ini sudah kembali bertambah.

“Cuma tenaga kerja-tenaga kerja ini sekarang kebanyakan dididik untuk menjadi multitasking. Jadi kalau dulu, mereka hanya melakukan A,B,C, sekarang dengan gaji yang lebih rendah mereka harus melakukan A, B, C, D, E, F, G,H, I, Y dan antara satu departemen yang satu dengan departemen lainnya, kalau dulu bertabarakan sekarang harus bersinergi,” ujarnya.

Para profesional di sektor perhotelan pun kini dituntut untuk makin kreatif dalam menciptakan produk dan mencari pasar yang menurutnya sudah berbeda jauh dengan kondisi sebelum Covid-19.

Saat ini, harga jual rata-rata kamar hotel di seluruh dunia masih berada di level 50% dari sebelum Covid-19. Karena itulah, tawaran yang menarik tentu akan kembali meningkatkan permintaan di sektor ini.

“Kalau dulu ada harga baru ada barang. Kalau sekarang bikin barangnya dulu yang cantik manis, baru bisa pasang harga. Kenapa? Karena harga sekarang sudah jauh menurun. Rata-rata harga kamar perhotelan di seluruh dunia di kisaran 50% sebelum Covid. Beberapa hotel sudah mampu menaikan harganya ke level 60%-70%, tetapi itu karena mereka selama Covid tidak tutup hotel,” ujarnya.

Baca Juga :   RedDoorz Mengejar Pasar Milenial dan Gen Z dengan Memperluas SANS Hotel

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics