Respons Tarif Tinggi Trump, Pemerintah Kurangi Bea Keluar CPO, Apa Usulan GAPKI?

0
43

Pemerintah menyampaikan akan menyesuaikan tarif bea keluar untuk ekspor minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sebagai salah satu paket kebijakan deregulasi dan reformasi, merespons tarif tinggi yang dikenakan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk impor dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam acara bertajuk ‘Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional’, Selasa (8/4), menyampaikan salah satu paket deregulasi tersebut adalah menyesuaikan tarif bea keluar untuk CPO yang ekuivalen mengurangi beban hingga 5%.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono mengatakan belum mengetahui persis apakah penyesuaian bea keluar itu berlaku untuk keseluruhan ekspor CPO atau hanya untuk ekspor ke Amerika Serikat.

“Kalau usulan GAPKI, special treatment untuk Amerika Serikat saja dulu,” ujarnya kepada Theiconomics.com, Rabu (9/4).

Namun, kalau pun pengurangan beban bea keluar 5% itu untuk semua pasar ekspor, menurut Eddy “bagus juga supaya harga kita kompetitif.”

“Tetapi kalau untuk Amerika Serikat tetap dirasa kurang, sebaiknya tetap ada special treatment untuk Amerika Serikat,” ujarnya.

Baca Juga :   Pemerintah Beberkan Langkah yang Bakal Ditempuh Merespons Kebijakan Tarif Resiprokal yang Dirilis Donald Trump

Eddy mengatakan saat ini ekspor minyak sawit Indonesia terbebani oleh tiga hal yaitu kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), Pungutan Ekspor (PE) dan Bea Keluar (BK) yang membuat produk CPO Indonesia tidak kompetitif di pasar ekspor dibandingkan Malaysia.

Menurut dia, total beban DMO, PE dan BK yang harus ditanggung pengusaha Indonesia mencapai US$221 per metrik ton.

“Sedangkan Malaysia US$140  per metrik ton,” ujarnya.

Produk CPO Indonesia bakal makin tidak kompetitif lagi karena tarif impor yang dikenakan pemerintah Amerika Serikat atas produk dari Indonesia sebesar 32%, sementara Malaysia hanya 24%.

Artinya, tambah Eddy, ada kekhawatiran konsumen CPO di Amerika Serikat “bergeser ke Malaysia”.

Padahal selama ini, menurut Eddy, Indonesia menguasai 89% pangsa pasar produk CPO di Amerika Serikat. Total ekspor CPO Indonesia ke Negeri Paman Sam pada 2024 mencapai 2,2 juta dan terus menunjukkan tren peningkatan dalam lima tahun terakhir.

“Ini sangat besar dan Indonesia masih ada potensi meningkatkan ekspor ke Amerika Serikat sampai 3 juta ton. Oleh karena itu, GAPKI mengusulkan khusus pasar Amerika Serkat beban ekspor dapat dikurangi sehingga harga minyak sawit kita kompetitif,” ujarnya.

Baca Juga :   Mendorong Keterlibatan Masyarakat Perdesaan Hasilkan Minyak Sawit Berkelanjutan

Eddy mengatakan sudah menyampaikan usulan GAPKI ini ke pemerintah saat rapat Senin (7/4).

“Waktu rapat dengan Menko Perekonomian, Mendag, Wamenkeu, Wamenlu dan Wamen Perindustrian usulan GAPKI dapat dipertimbangkan,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics