Punya Kebiasaan Gaya Hidup Sedentary? Simak Dampak Bahaya dan Cara Mengatasinya

0
129

Gaya hidup sedentary kerap terjadi di kalangan pekerja kantoran yang nyaris setiap harinya lebih banyak duduk dalam ruangan selama 8 sampai 10 jam per hari dengan aktivitas yang monoton hanya di depan komputer dan sesekali meeting dalam ruangan rapat.

Saat makan siang, tetap di ruangan sehingga jarang mengeluarkan banyak tenaga dan kurang berjalan kaki. Ngemil dan ngopi atau minuman kekinian sering juga jadi pelengkap saat bekerja. Kebiasaan-kebiasaan ini tentunya berisiko masuk dalam sedentary  level tinggi.

Gaya hidup Sedentary menurut Kemenkes mengacu pada segala jenis aktivitas di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori sangat sedikit. Berdasarkan durasi waktu, gaya hidup sedentary terbagi atas level rendah dalam durasi <2 jam, level menengah dalam durasi 2-5 jam, dan level tinggi dalam durasi >5 jam.

Senior Manager Medical Underwriter Sequis, dr Fridolin Seto Pandu menganjurkan agar masyarakat moderen mengurangi  kebiasaan gaya hidup sedentary dengan melawan rasa malas untuk bergerak dan meningkatkan motivasi diri untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik.

Baca Juga :   Sequis Financial Targetkan Pendapatan Premi 2023 Tumbuh Di Atas 200%

“Gunakan sisa waktu makan siang Anda untuk melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan kaki. Lalu pada saat bekerja, hindari posisi duduk yang dapat menyebabkan sakit punggung dan leher. Dalam kondisi ideal saat duduk, usahakan postur tubuh dalam keadaan tegak. Posisi kaki juga penting diperhatikan, biasakan kaki selalu ada di lantai sehingga peredaran aliran darah lebih lancar. Lakukan peregangan tubuh sekitar 5-10 menit di sela-sela waktu kerja. Sangat baik jika setidaknya 3-4 kali seminggu berolahraga selama 30-40 menit agar tubuh tetap bugar,“ kata dr. Fridolin dalam keterangan resminya.

Ada risiko kesehatan yang berpotensi timbul dari gaya hidup sedentary, seperti obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung. Penyakit-penyakit ini berbahaya bagi tubuh. Selain menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik, Dr. Fridolin juga menyarankan agar para pekerja kantoran melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mencegah penyakit sedari dini.

Pemeriksaan kesehatan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan hipertensi untuk mencegah stroke, pemeriksaan pap smear untuk mencegah kanker serviks, dan MCU (medical check up) sebagai pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui potensi penyakit kritis pada tubuh. Pemeriksaan dini, merupakan langkah preventif karena ada beberapa penyakit kritis dapat dideteksi pada stadium awal. Dengan demikian  masih ada kesempatan harapan hidup yang lebih tinggi.

Leave a reply

Iconomics