Prodia Kasih Bocoran Kinerja Kuartal I-2024: Melambat Dibandingkan Tahun Lalu

0
185

Kinerja keuangan PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) pada kuartal pertama (Q1) 2024 ini belum begitu menggembirakan. Pendapatan perusahaan melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dewi Muliaty, Direktur Utama Prodia mengatakan sesuai rencana bisnis perusahaan, setiap tahun pendapatan mestinya bisa tumbuh dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi.

“Walaupun setelah kita lihat di Q1 ini terjadi juga perlambatan dibandingkan Q1 tahun lalu,” ujar Dewi menjawab pertanyaan media dalam paparan publik, Kamis (18/4).

Ia menjelaskan, deselerasi ini terjadi karena beberapa faktor seperti pemilihan umum dan juga puasa dan lebaran yang terjadi pada Maret dan awal April.

“Tadinya [pembayaran] THR di April jadinya di Maret. Sehingga kalau hanya melihat di Q1 kelihatannya terjadi perlambatan [pertumbuhan pendapatan],” ujarnya.

“Oleh karenanya kami sangat berharap Q2 dan seterusnya, masih banyak peluang yang bisa kita lakukan, apakah itu di segmen B-to-C atau pun di segmen B-to-B,” ujarnya.

Pada tahun 2023 lalu, Prodia membukukan pendapatan sebesar Rp2,22 triliun, naik 1,9% dari Rp2,18 triliun pada 2022.

Baca Juga :   Prodia Jalin Kerja Sama dengan IHH Healthcare Malaysia

Dewi menyampaikan untuk mengakselerasi pertumbuhan pendapatan pada tahun 2024 ini, Prodia sudah memiliki banyak rencana spesifik, seperti memaksimalkan layanan individu (walk-in).

“Karena pertumbuhan walk-in ini juga sedikit melambat,” ujarnya.

Mengutip laporan keuangan tahun 2023, pendapatan dari layanan individu pada tahun lalu sebesar Rp667,9 miliar, turun 0,07% dari Rp668,4 miliar pada tahun 2022.

Prodia, tambah Dewi, juga akan terus memanfaatkan layanan U by Pordia, home service dan outlet Point of Care (POC).

“Kemudian untuk tes esoterik juga akan kita tingkatkan terus karena kemampuan tes lab next generation kita itu semakin meningkat,” ujarnya.

Untuk segmen B-to-B, kata Dewi, Prodia akan intensif menjalin kerja sama dengan perusahaan asuransi, setelah selama ini bekerja sama dengan rumah sakit.

“Asuransi yang sekarang kalau di Prodia belum begitu masif. Kebanyakan di rumah sakit. Sebenarnya sudah lama approaching (ke asuransi) tetapi mulai aktif lebih intensif lagi untuk membuka peluang bagaimana lebih banyak perusahaan asuransi menggunakan jasa kami,” ujarnya.

“Jadi, peluangnya masih sangat banyak. Saya sangat berharap di revenue [pendapatan] itu bisa [tumbuh] paling tidak di dobel dari pertumbuhan ekonomi. Semoga pertumbuhan ekonomi bisa 5%, berarti kalau dobel kita bisa 10%,” ujarnya.

Baca Juga :   Bermula dari Pasar Nongko, Tahun Ini Prodia Genap Berusia 50 Tahun

Laba bersih bagaimana?

Sejalan dengan pendapatan yang tumbuh tipis, laba kotor Prodia pada tahun 2023 turun tipis 0,6%.

Liana Kuswandi, Direktur Keuangan Prodia mengatakan penurunan laba kotor terjadi karena beban pokok pendapatan yang naik 5,7%, sementara pendapatan yang hanya tumbuh 1,9%.

“Memang tahun 2023 itu adalah tahun normalisasi. Jadi, hampir tidak ada Covid-19 walaupun kita masih melihat jejak di tahun Q1, sehingga ada beberapa perubahan jenis tes. Secara volume tes sebenarnya meningkat 13% dan itu cukup besar peningakatannya, tetapi jenis tes yang dijual berbeda dari tahun sebelumnya. Lebih banyak tes rutin yang kita jual, sehingga ini mempengaruhi nilai revenue,” jelas Liana.

Tahun 2023 lalu, Prodia membukukan laba bersih sebesar Rp259,3 miliar, turun 30,2% dari Rp371,6 miliar pada 2022. Margin laba bersih pun turun dari 17% pada 2022 menjadi 11,7% pada 2023.

Liana mengatakan, penurunan drastis pada laba bersih ini terjadi karena anak perusahaan sudah dikutkan dalam laporan konsolidasi tahun 2023.

Baca Juga :   Naik Luar Biasa, Prodia Kantongi Laba Bersih Rp756,62 Miliar

“Banyak biaya investasi yang terkait dengan anak perusahaan yaitu Prodia Digital Indonesia, hampir sekitar Rp55 miliar itu dicatatkan juga sebagai biaya usaha secara konsolidasi,” ujarnya.

Karena itu, Dewi Muliaty, Direktur Utama Prodia mengatakan untuk laba bersih tahun 2024 ini, Perseroan juga harus berjuang keras agar bisa tumbuh positif.

“Karena banyak sekali investasi jangka panjang yang kami lakukan untuk layanan cabang atau terutama layanan digital itu yang cukup berpengruh terhadap margin,” ujar Dewi.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics