
Presiden Sentil Soal NIM Perbankan di Indonesia Tertinggi di Dunia, Dirut BRI Respons Begini

Ilustrasi/Gedung BRI/Foto: Dok.BRI
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada acara Petertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2023 pada 6 Februari lalu, menyentil soal Net Interest Margin (NIM) perbankan di Indonesia.
“…,sebelum masuk ke sini, tadi saya tanya ke Pak Ketua OJK, “NIM [net interest margin]-nya berapa sih?” Dijawab oleh Pak Ketua OJK ,“4,4 (persen).” Tinggi banget, ini mungkin tertinggi di dunia, mungkin,” ujar Presiden dalam acara yang digelar di Hotel Shangri-La Jakarta, tersebut.
Meski tidak eksplisit merespons apa yang disampaikan Presiden, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso memberikan penekanan soal pengaruh NIM ini pada kinerja keuangan BRI pada tahun 2022 lalu.
Menurut Sunarso, NIM bukanlah faktor penentu pencapaian laba bersih BRI. Tahun 2022 lalu, secara grup BRI membukukan laba bersih sebesar Rp51,4 triliun, naik 67,15% dibandingkan laba bersih pada tahun 2021. Sementara untuk laba bersih Bank BRI saja (bank only), tidak termasuk anak usahanya di luar bank, laba bersih Bank BRI sebesar Rp47,83 triliun, naik 48,4% dibanding laba bersih Bank BRI tahun 2021.
“Secara khusus saya ingin sampaikan, sebenarnya apa sih yang menjadi faktor penentu dan pendukung utama pencapaian laba BRI ini? Ini kita punya data, datanya bisa saya sampaikan berikut. Pendapatan bunga khususnya besarnya NIM (net interest margin) ternyata bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja, khususnya pencapaian laba. Karena apa? Disamping efisiensi yang dilakukan, berdasarkan data historis BRI, tidak ditemukan korelasi positif antara besarnya NIM dengan pencapaian laba BRI. Namun, faktor utama yang mempengaruhi laba BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan juga peningkatan jumlah nasabah yang dilayani terutama nasabah mikro,” papar Sunarso dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan BRI tahun 2022, Rabu (8/2).
Sunarso mengatakan tahun 2008, NIM Bank BRI (bank only) barada di level 10,18%. Tetapi pada saat itu, laba bersih Bank BRI hanya Rp5,96 triliun. Hal tersebut terjadi karena pada saat itu, jumlah nasabah pinjaman BRI hanya sekitar 5 juta dan volume kredit hanya sekitar Rp161 triliun.
Bandingkan dengan tahun 2022. Laba Bank BRI (bank only) mencapai Rp47,83 triliun, padahal, tegas Sunarso, NIM BRI sudah turun 33% dibandingkan NIM BRI pada tahun 2008. Tahun 2022, NIM BRI adalah 6,8%.
“Kalau begitu, disebabkan oleh apa peningkatan (laba bersih) ini sebenarnya? Ternyata peningkatan (laba bersih ) BRI tahun 2022 tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan jumlah nasabah mikro yang telah naik lebih dari 3 kali lipat menjadi lebih dari 15 juta nasabah mikro. Demikian halnya volume kreditnya telah tumbuh lebih dari 6 kali lipat menjadi Rp1.029,80 triliun, jika dibandingkan dengan posisi tahun 2008,” ujar Sunarso.
“Jadi, jelas pendorong utama laba BRI adalah semakin banyaknya usaha mikro yang bisa dilayani, naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun 2008, dimana nasabah mikronya BRI saja (bank only) 5 juta, sekarang lebih dari 15 juta. Kreditnya sendiri juga naik dari sekitar Rp161 triliun menjadi Rp1.029 triliun,” tambahnya.
Leave a reply
