Presiden Joko Widodo Sebut 3 Pelajaran dari Pandemi Covid-19 untuk Perencanaan Pembangunan

0
132

Pademi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu memaksa manusia untuk beradaptasi termasuk dalam perencanaan pembangunan. Presiden Joko Widodo saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Muserbangnas) 2021 untuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2022 mengatakan pandemi Covid-19 ini memberikan pelajaran yang luar biasa dalam perencanaan pembangunan kita.

Pertama, sebaik apa pun perencanaan yang sudah dibuat, juga harus siap untuk melakukan perubahan secara cepat untuk meyesuaikan dengan tantangan dan peluang-peluang. “Yang tidak berubah adalah tujuan utamanya yaitu untuk mensejahterakan rakyat, untuk memajukan bangsa. Tetapi caranya, sering kali harus berubah, karena tantangan dan peluangnya setiap saat juga bisa berubah-ubah,” ujar Presiden, Selasa (4/5).

Kedua, butuh sinergi kekuatan bangsa untuk memecahkan masalah yang dihadapi yaitu masalah kesehatan dan masalah perekonomian. Disiplin protokol kesehatan – testing, tracking, treatment – dan vaksinasi membutuhkan dukungan dari seluruh komponen bangsa.

“Butuh keaktifan dari seluruh jajaran pemerintahan, dari pusat sampai daerah. Demikian pula produktifitas dari kalangan industri yang kecil sampai yang besar untuk memproduksi alat-alat kesehatan dan obat, juga dukungan dari negara lain ini juga sangat diperlukan,” ujarnya.

Baca Juga :   PPKM Diperpanjang 7 Hari Lagi, Inilah Penyesuaian Barunya

Ketiga, penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir semakin tidak bisa dihindarkan. “Ketika pelayanan pemerintahan, pelayanan pendidikan dan bisnis ritel tidak bisa secara luring, kita harus berubah cepat menggunakan instrumen online, instrumen daring. Ketika kita butuh data yang cepat, data yang akurat, data yang terintegrasi, yang kita butuhkan adalah teknologi digital. Ketika butuh obat, butuh vaksin, butuh alat-alat kesehatan, yang kita butuhkan untuk cepatnya adalah kita butuh teknologi,” ujar Jokowi.

Presiden mengatakan perencanaan pembangunan harus mengantisipasi  berbagai perkembangan yang cepat, harus resposif terhadap disrupsi yang membuat dunia berubah sangat cepat.  Selian itu, juga harus responsif terhadap tantangan-tantangan dan peluang yang muncul secara cepat yang sering tidak diduga, harus responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Belanja teknologi harus diperlakukan sebagai belanja investasi. Kita garisbawahi ini. Harus jelas manfaatnya terutama manfat publik, manfaat bagi masyarakat dan negara. Tetapi juga harus dihitung efisiensinya, harus dihitung kontribusinya untuk pengembangan teknologi di dalam negeri, harus dihitung return on investment sehingga bisa berkelanjutan terus,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics