Prabowo Mania 08 Desak KPK Turun Tangan Periksa Telkom Sigma soal Serangan Siber PDNS 2

0
188
Reporter: Kristian Ginting

Organisasi Relawan Prabowo Mania 08 mendesak pemerintah mengumumkan hasil audit PT Sigma Cipta Caraka (SCC) atau Telkom Sigma, anak usaha PT Telkom (Persero) Tbk yang mengelola Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2. Sebagaimana diketahui, PDNS 2 merupakan “lokasi” kebocoran sehingga bila ada unsur pidana, maka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebaiknya segera turun tangan.

“Manajemen perusahaan ini memang bobrok. Tanggal 1 Februari 2024 KPK telah memulai penyidikan perkara dugaan ratusan miliar proyek fiktif di Telkom Sigma tahun 2017-2022. Berarti manajemen mereka memang bobrok,” kata Ketua Umum Prabowo Mania 08 Immanuel Ebenezer di Jakarta, Rabu (17/7).

Noel – sapaan akrabnya – mengatakan, anak usaha Telkom ini dalam 3 tahun terakhir selalu membukukan kerugian. Pada 2023, misalnya, jumlah kerugiannya mencapai Rp 1,4 triliun.

“Namun harap dicatat, hasil tender dan penunjukan Telkom Sigma sebagai salah satu pengelola data dilaksanakan pada zaman Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Gerard Plate,” kata Noel.

Menurut Noel, kebocoran data dan kekecewaan masyarakat itu bukan di masa kepemimpinan Menkominfo Budi Arie Setiadi karena pengadaan proyeknya dilaksanakan sebelum masanya. Karena itu, membebankan masalah tersebut atau menyerang Budi Arie dinilai jelas salah alamat. Apalagi Budi Arie dinilai bekerja keras menanggulangi masalah.

Baca Juga :   Dinilai Janggal, BPK Diminta Audit Penerimaan Negara dari Program Hilirisasi Nikel

Dalam pengelolaan data, kata Noel, Telkom Sigma sangat ugal-ugalan. Seperti yang diumumkan Menko Polhukam Hadi Tjahjanto, dari hasil forensik, sudah diketahui user dan password pegawai yang menyebabkan kebocoran PDNS 2, sehingga sempat melumpuhkan data sejumlah kementeriam dan lembaga.

“Kalau sudah diketahui siapa yang menjadi ‘pembuka jalan’ bagi ransomware, harus dituntaskan secara hukum. Ada kelalaian dalam manajemen data, dan ada pegawai yang sejak awal mungkin ada niat jahat (mens rea),” tambah Noel.

Berdasarkan itu, kata Noel, penunjukan Telkom Sigma sebagai pengelola data jelas-jelas sebuah kesalahan. Karena itu, pengawasan di masa mendatang menjadi penting dan pemerintah harus menambah investasi dalam pengelolaan/keamanan data, supaya hacker yang meminta tebusan tak ada celah.

Karena itu, kata Noel, segala kerugian dan biaya akibat kebocoran data tersebut harus menjadi tanggungan jawab Telkom Sigma. Jika perusahaan tidak sanggup, maka PT Telkom (Persero) Tbk sebagai induk perusahaan, harus ikut bertanggung jawab.

Pembebanan kerugian kepada pengelola data, kata Noel, akan menjadi pelajaran bagi perusahaan serupa agar jangan mengelola data secara ugal-ugalan. Mereka memenangkan tender dengan nilai yang tidak kecil, harus bertanggung jawab jika ada masalah.

Baca Juga :   Buntut Gagal Ginjal Akut, BPOM dan Kemenkes Diminta Awasi Peredaran Obat

“Pemerintah harus mengumumkan hasil audit forensik yang sedang dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Masyarakat berhak tahu apa penyebab kebocoran PDNS dan apa langkah pemerintah terhadap hasil audit,” kata Noel.

Sebelumnya, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam keterangan resminya pada 24 Juni lalu menuturkan, server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 mengalami gangguan sejak 20 Juni lalu akibat serangan ransomware. “Hasil identifikasi kami atas kendala yang terjadi pada PDNS akibat serangan serangan siber berjenis ransomware,” ujar Kepala BSSN Hinsa Siburian.

Hinsa mengatakan, dari insiden ransomware tersebut, BSSN menemukan adanya upaya penonaktifkan fitur keamanan Windows Defender yang terjadi mulai 17 Juni 2024 pukul 23.15 WIB, sehingga memungkinkan aktivitas malicious dapat berjalan. Aktivitas malicious mulai terjadi pada 20 Juni 2024 pukul 00.54 WIB, di antaranya melakukan instalasi file malicious, menghapus filesystem penting, dan menonaktifkan service yang sedang berjalan.

File yang berkaitan dengan storage, seperti: VSS, HyperV Volume, VirtualDisk, dan Veaam vPower NFS mulai di-disable dan crash. “Diketahui tanggal 20 Juni 2024, pukul 00.55 WIB, Windows Defender mengalami crash dan tidak bisa beroperasi,” kata Hinsa.

Baca Juga :   Setelah Audit, Aset Minus dan Ini Strategi yang Ditempuh untuk Sehatkan Asabri

Selang 2 pekan setelah melakukan aksinya, identitas peretas PDNS 2 terungkap. Akun Fusion Intelligence Center @ StealthMol yang membagikan unggahan di media sosial X (dulu Twitter) menyampaikan peretasan terhadap PDNS 2 itu dilakukan geng ransomware Brain Cipher.

Dalam unggahan itu, peretas berjanji merilis kunci deskripsi secara gratis pada Rabu 3 Juli 2024.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics