Permintaan Turun, Indocement Tutup Sementara 7 Pabrik di Citeureup

0
1932
Reporter: Petrus Dabu

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menutup sementara 7 pabriknya di Citeureup, Bogor sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Manajemen Indocement dalam keterangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) menerangkan pandemi Covid-19 berdampak pada penghentian operasional sebagian pabrik dan unit operasional akibat penurunan permintaan semen karena adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Perseroan hanya menjalankan 1-3 pabrik dari 10 pabrik yang ada di Citeureup,” ungkap Oey Marcos, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement, dalam keterangan kepada BEI, yang dikutip Iconomics, Selasa (26/5).

Penutupan pabrik tersebut diperkirakan akan berlangsung 1-3 bulan dan berdampak pada penurunan pendapatan Indocement. “Sampai saat ini, kontribusi dari pabrik yang berhenti operasional adalah kurang dari 25% dari total pendapatan (konsolidasi) 2019,” jelasnya.

Karena itu, diperkirakan penutupan pabrik tersebut akan menurunkan pendapatan konsolidasi kuartal pertama 2020 sebesar kurang dari 25%.

Meski ada penutupan operasional pabrik, menurut Marcos tidak ada karyawan yang diberhentikan atau dirumahkan. Jumlah karyawan saat ini ada 5.000 orang, berkurang dari kondisi pada akhir 2019 lalu yang mencapai 5.200 orang. Tetapi dijelaskan pengurangan ini terjadi bukan karena PHK tetapi karena pensiun normal dan mengundurkan diri karena kemauan sendiri.

Baca Juga :   Lewat Anak Perusahaan, Indocement Investasi Rp2 Miliar ke Perusahaan Bahan Bakar Alternatif

Meski tidak ada PHK, tetapi gaji dewan komisaris, direksi dan staf manajamen dipotong 50%. Menurutnya pemotongan itu dilakukan secara sukarela.

Marcos mengatakan saat ini perusahaan tidak memiliki utang sehingga pandemi Covid-19 tidak berdampak pada pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek.

Untuk menjaga kelangsungan usaha di tengah pandemi ini, Marcos mengatakan Indocement sejak awal pandemi melakukan efisiensi di berbagai bidang termasuk efisiensi biaya distribusi dengan melakukan optimalisasi pengeluaran semen dari terminal-terminal perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah.

“Di samping hanya menjalankan pabrik-pabrik kami yang terefisien, kami juga melakukan optimalisasi penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif,”jelasnya.

Pada 18 Mei lalu, Indocement merelokasi terminal apung Quantum One dari Samarinda, Kalimantan Timur ke Konawe, Sulawesi Tenggara. Relokasi ini dilakukan setelah mempertimbangkan kondisi pasar di Sulawesi yang sedang bertumbuh. Ada pun terminal apung ini berfungsi untuk melakukan distribusi semen.

Sebelumnya, Indocement juga sudah merevisi target belanja modal (Capex) pada tahun ini karena Covid-19 yang telah menyebabkan perlambatan ekonomi. Ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2020 hanya tumbuh 2,97% year on year dari 5,07% pada triwulan pertama 2019. Sektor konstruksi yang erat berhubungan dengan semen tumbuh sebesar 2,9% year on year dari 5,91% pada triwulan pertama 2019 lalu.

Baca Juga :   Permintaan Semen di Sulawesi Naik, Indocement Relokasi Terminal Apung ke Konawe

“Maka Indocement mengambil keputusan untuk melakukan penyesuaian atas Capex 2020 yang semula ditetapkan sebesar Rp 1,4 triliun menjadi Rp 1,1 triliun,” ujar Marcos beberapa waktu lalu.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics