Perkuat Arsitektur Kesehatan Global, Ini Aspirasi Indonesia di Forum G20

0
745

Indonesia mengusulkan perlunya upaya bersama negara-negara G20 memperkuat arsitektur kesehatan global untuk mengatasi pandemi, tidak hanya pandemi Covid-19 yang saat ini sedang terjadi, tetapi juga kemungkinan bencana kesehatan lainnya di masa depan.

Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada keketuaan G20 Indonesia tahun ini, Presiden Joko Widodo mengusulkan tiga agenda prioritas yaitu (1) Arsitektur kesehatan global (2) Transformasi digital (3) Transisi energi yang berkelanjutan.

Berbicara dalam High Level Seminar on Strengthening Global Health Architecture yang merupakan side agenda dalam 1st Finance Ministers & Central Bank Governors’ Meeting (FMCBG), Budi mengatakan ada tiga hal yang perlu dicapai untuk memperkuat arsitektur kesehatan global.

Pertama, perlunya membentuk dana kesehatan global atau Global Health Fund untuk mengatasi pandemi yang akan terjadi pada masa depan, seperti halnya International Monetary Fund (IMF) yang memiliki kapasitas dan kecepatan untuk membantu suatu negara yang mengalami krisis keuangan. Gagasan untuk membentuk dana kesehatan global ini merupakan kelanjutan dari diskusi yang sudah mengemuka pada waktu presidensi G20 Italia tahun 2021 lalu.

Baca Juga :   Para Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 Berkumpul Bahas Pangan

Mengapa dana kesehatan global ini penting? “Karena kita membutuhkan power dan kecepatan yang cukup ketika pandemi berikutnya datang. Bila IMF bisa datang dan membantu negara mana pun yang memiliki masalah keuangan dengan cepat, kita juga harus memiliki kapasitas pendanaan dan kecepatan untuk mengucurkan uang pada saat krisis kesehatan terjadi terjadi di negara mana pun di dunia,”ujar Budi, Kamis (17/2).

Namun, Budi menegaskan uang saja tidak cukup untuk mengatasi pandemi. Belajar dari pandemi Covid-19 ini, Budi mengatakan meski misalnya Indonesia memiliki uang, tetapi di awal pandemi tidak ada akses untuk mendapatkan masker, tidak akses untuk mendapatkan ventilator dan juga vaksin. “Karena itu, kita membutukan kemampuan untuk mentransfer dana tersebut untuk penanggulangan kesehatan darurat,” ujarnya.

Saat pandemi Covid-19, World Health Organization (WHO) meluncurkan inisiatif yang disebut ACT-Accelerator sebagai upaya kolaboratif untuk membantu negara-negara di dunia dalam mengakses alat-alat diganostik, terapi dan vaksin. Budi mengatakan kerja sama temporer seperti itu kedepan perlu dilembagakan secara resmi. “Karena lagi-lagi dalam krisis kesehatan uang tidak cukup,”ujar Budi.

Baca Juga :   Kelangkaan Pupuk Jadi Sorotan Saat Pembukaan KTT G20, Bagaimana Kondisi Pupuk di Indonesia?

Hal ketiga yang perlu dilakukan terkait dengan penguatan arsitektur kesehatan global, menurut Budi adalah perlunya memformulasikan platform global terkait berbagi data sekuens genom agar dapat diakses dengan cepat oleh oleh semua pihak. Hal ini sudah terjadi ketika pandemi Covid-19 mulai terjadi di Wuhan, China, data sekuens genom yang diunggah diakses  dengan cepat oleh peneliti seperti Moderna di Amerika Serikat dan BioNTech di Jerman. Kecepatan seperti ini, menurut Budi, sangat diperlukan dalam kondisi pandemi karena virus menyebar dengan cepat.

“Jadi , yang menjadi tujuan utama adalah, kita perlu memformalkan platform global berbagi data sekuens genom. Lupakan geopolitik tetapi ingat tentang kemanusiaan, lupakan keuntungan ekonomi siapa yang mendapatkan data tetapi ingat berapa banyak nyawa yang bisa Anda selamatkan ketika Anda bisa melakukannya dengan cepat,” ujarnya.

Terkait dengan prioritas kedua yaitu transformasi digital, Budi menyampaikan perlunya menyelaraskan standar protokol global terkait dengan perjalanan lintas negara selama pandemi. Saat ini, menurutnya tidak ada standar yang sama antara negara dalam hal persyaratan bagi pelaku perjalanan internasional. Ketika Anda ke suatu negara pada masa pandemi ini, ada sejumlah aturan yang harus dipenuhi seperti perlunya tes PCR, vaksin dan karantina. Tetapi ketika ke negara lainnya, persyaratannya berbeda lagi.

Baca Juga :   Jamin Layanan Kesehatan KTT G20 di Bali, Kemenkes Siagakan Fasilitas

Menurut Budi perlu ada standar yang sama di seluruh dunia bagi pelaku perjalanan pada masa pandemi seperti ini, seperti halnya paspor untuk keimigrasian. Misalnya, menggunakan standar yang dikeluarkan oleh WHO. Karena itu, menurutnya adopsi teknologi tentu diperlukan. Indonesia sudah melakukannya dengan Arab Saudi dan juga dengan negara-negara di Asean. “Saya berharap kita bisa melakukannya secara global,” ujarnya.

Terkait dengan prioritas ketiga presidensi G20 Indonesia tahun 2022 ini, Budi mengusulkan pemerataan pusat manufaktur dan pusat riset untuk ketahanan dalam menghadapi kemungkinan krisis kesehatan di masa yang akan datang.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics