Penurunan Suku Bunga Kredit Kurang Agresif

0
421

Meski Bank Indonesia sudah mengguyur banyak likuiditas ke perbankan melalui kebijakan quantitative easing dan agresif menurunkan suku bunga kebijakan moneter, tetapi penurunan suku bunga kredit perbankan cenderung lebih lambat.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan longgarnya likuiditas dan penurunan suku bunga kebijakan moneter atau BI7DRR sebesar 125 basis poin sepanjang 2020, telah mendorong rendahnya rata-rata suku bunga Pasar Uang Aantar Bank (PUAB) overnight sekitar 3,04%. Suku bunga deposito satu bulan juga telah menurun sebesar 181 basis poin ke level 4,27% pada Desember 2020.

Namun demikian, tambah Perry, penurunan suku bunga kredit masih cenderung terbatas, yaitu hanya sebesar 83 basis poin ke level 9,70% selama tahun 2020.

“Lambatnya penurunan suku bunga kredit perbankan disebabkan oleh masih tingginya Suku Bunga Dasar Kredit atau SBDK di perbankan. Selama tahun 2020 di tengah penurunan suku bunga kebijakan BI7DRR dan penurunan suku bunga deposito satu bulan, SBDK baru turun sebesar 75 basis poin menjadi 10,11%,” ujarnya saat konferensi pers, Kamis (18/2).

Baca Juga :   Bank Indonesia Perkirakan Transaksi Uang Elektronik akan Tembus Rp533 Triliun

Hal ini, jelas Perry meyebabkan tingginya spread atau selisih antara SBDK dengan suku bunga BI7DRR dan deposito satu bulan masih-masing sebesar 6,36% dan 5,84%.

Dari sisi kelompok bank, ungkap Perry, SBDK tertinggi tercatat pada bank-bank BUMN sebesar 10,79%, disusul oleh BPD sebesar 9,80%, bank umum swasta nasional sebesar 9,67% dan kantor cabang bank asing sebesar 6,17%.

Dari sisi jenis kredit, SBDK kredit mikro tercatat 13,75%, kredit konsumsi non KPR sebesar 10,85%, kredit konsumsi KPR sebesar 9,70% dan kredit ritel sebesar 9,68%, sementara SBDK kredit korporasi tercatat 9,18%.

“Bank Indonesia mengharapkan perbankan dapat mempercapat penurunan suku bunga kredit seagai upaya bersama untuk mendorong kredit pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional,” ujar Perry.

 

 

Leave a reply

Iconomics