
Pendapatan Mencapai Rp455 Triliun, Inilah Sederetan Inisiatif yang Dilakukan PLN

PLN jaga pasokan listrik/Dok. PLN
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan sepanjang tahun 2022 berhasil membukukan pendapatan mencapai Rp455 triliun. Selain itu, sistem kelistrikan yang jauh lebih andal dan kokoh yang mana mampu menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan sehingga reserve margin tercukupi.
Penjualan listrik mampu tumbuh sebesar 6,3% yaitu 274 TWh atau setara Rp22,2 triliun dibandingkan tahun 2021 dan juga Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2022.
“Dibanding penjualan listrik di tahun 2021, ini bahkan lebih tinggi 10,7 TWh atau setara 15,4 triliun dibanding target RKAP di tahun 2022 yaitu 263 TWh,” jelas Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR Komisi VI belum lama ini.
Beberapa program yang dilakukan PLN untuk meningkatkan penjualan listrik diantaranya melakukan captive acquisition dengan cara mengajak industri berkolaborasi bersama. Kemudian, melakukan program diskon tambah daya. Adanya electrifying lifestyle, electrifying agriculture, electrifying marine, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), kawasan industri, dan smelter.
Tak hanya itu saja, sepanjang tahun 2020 sampai 2022, PLN berhasil menurunkan beban bunga sampai Rp7 triliun. Di tahun 2020, beban bunga sebanyak Rp27,4 triliun, sebesar Rp20,3 triliun pada 2021, dan sebesar Rp21 triliun unaudited pada tahun 2022.
Mengenai pembayaran saldo utang, PLN sejak tahun 2020 sampai 2022 telah menurunkan sebanyak Rp41 triliun. PLN juga meningkatkan rasio debt service coverage ratio (DSCR) menjadi 1,97 kali di tahun 2022.
Dalam hal tersebut, program inisatif yang dilakukan PLN ada lima cara, yakni pertama proactive debt management.
“Kami melihat utang-utang kami yang sudah jatuh tempo, apakah bisa dipercepat dan kami segera membayarnya dengan catatan bunganya bisa dikurangi dan juga pembayaran utangnya bisa dikurangi,” tambah Darmawan.
Yang kedua, program cash war room dengan melakukan visibility dari sisi revenue maupun spending pada jangka pendek, menengah, hingga panjang. Ketiga, melakukan pengendalian likuiditas dengan merancang dan mengelola pengeluaran dan pendapatan sehingga cash flow lancer. Kemudian, sentralisasi digitalisasi pembayaran, dan sentralisasi perencanaan secara end to end.
Leave a reply
