
Pembengkakan Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, KAI Harapakan PMN Cair Desember 2022

Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers usai meninjau pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di terowongan pertama Halim, Jakarta Timur, Selasa (18/5). Ini merupakan salah satu proyek Strategis Nasional.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo berharap Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp3,21 triliun untuk menambal pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dapat segera disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan bisa cair pada akhir tahun ini.
Dukungan PMN ini sangat diperlukan untuk menjaga kesinambungan proyek tersebut. “Ini diperlukan kepastian pendanaan dan dukuangan pemerintah atas cost overrun proyek KCJB untuk memastikan kesinambungan proyek. Berdasarkan hasil negosiasi awal dengan pihak China, utamanya CBD (China Development Bank) dan NDRC (National Development and Reform Commission), kepastian struktur dan skema pendanaan proyek KCJB termasuk dukungan PMN ini diharapkan terselesaikan pada Desember 2022 ini,” ujar Didiek dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (9/11).
Didiek mengatakan perhitungan cost overrun dilakukan berdasarkan usulan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan telah diproses sesuai mekanisme yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Pepres) No.93 tahun 2021. Perhitungan cost overrun yang telah ditinjau (review) oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dilakukan berdasarkan beberapa asumsi.
“Pengalaman dari tahun 2021 dimana terjadi perlambatan penyelesaian proyek Kereta Cepat ini, kami harapkan tidak terjadi, sehingga harapannya pencairan PMN ini bisa dilakukan tahun ini, sehingga asumsi-asumsinya tidak bergeser, sehingga COD bisa diselesaikan di pertengahan tahun 2023,” ujarnya.
PT KAI merupkan pemimpin konsorsium BUMN Indonesia yaitu PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dalam proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Berdasarkan Pepres No.93 tahun 2021, KAI memiliki porsi ekuitas sebesar 51,37% di PSBI setelah pemerintah memberikan PMN sebesar Rp4,3 triliun pada tahun 2021. BUMN lainnya dalam konsorsium PSBI ini adalah Wijaya Karya (39,12%), Jasa Marga (8,3%), dan PTPN VIII (1,21%).
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung, yang dikembangkan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), mulanya memiliki total nilai investasi sebesar US$6,07 miliar . KCIC sendiri merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN Indonesia, yaitu PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang memiliki porsi saham 60% dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
PSBI terdiri atas PT KAI (51,37%), Wijaya Karya (39,12%), Jasa Marga (8,3%), dan PTPN VIII (1,21%). Sementara Beijing Yawan HSR Co. Ltd. terdiri atas China Railway International Co. Ltd (a subsidiary of China State Railway Group Co. Ltd, CR), China Railway Group Limited (known as CREC), Sinohydro Corporation Limited (a subsidiary of Power Construction Corporation of China), CRRC Corporation Limited (CRRC), and China Railway Signal and Communication Corporation (CRSC).
Dari total nilai investasi awal sebesar US$6,07 miliar, sebanyak 25% dalam bentuk ekuitas, sementara 75% merupakan utang dari China Development Bank. Dari 25% ekuitas atau US$1,52 miliar, porsi PSBI yang memiliki 60% saham adalah sebesar US$913 juta. Sementara,Beijing Yawan HSR Co. Ltd sebesar US$608 juta.
China Development Bank yang memberikan pembiayaan 75% dari nilai proyek, berdasarkan facility agreement yang diteken 14 Mei 2017 memberikan plafon pinjaman sebesar US$4,55 miliar untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung ini. Pinjaman ini memiliki tenor 40 tahun dan suku bunga 2% per tahun untuk pinjaman dalam Dollar AS dan 3,5% per tahun untuk pinjaman dalam bentuk Yuan.
“Penarikan (pinjaman dari China Development Bank) sampai dengan 31 Oktober 2022 adalah ekuivalen US$4,32 miliar atau sudah mendekati 95%,” ujar Didiek.
Didiek mengatakan hingga minggu kedua Oktober, perkembangan pembangunan fisik proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung ini sudah mencapai 79,51%. Sementara progres penyerapan investasi baik dari ekuitas maupun pinjaman China Development Bank sudah mencapai 90,6%.
Biaya Bengkak
Dalam perjalanannya, nilai investasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung ini mengalami perubahan. Nilai investasi membengk dari semula US$6,07 miliar. BPKP sudah melakukan review atas pembengkakan biaya investasi ini.
Berdasarkan review BPKP asersi pertama pada 9 Maret 2022, total tambahan investasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung ini sebesar US$1,17 miliar. Kemudian, pada 15 September 2022, BPKP mengeluarkan asersi kedua sebesar US$273,03 juta. Sehingga total tambahan investasi atau cost overrun untuk proyek ini berdasarkan hitungan BPKP mencapai US$1,44 miliar atau Rp21,45 triliun dengan asumsi kurs Rp14.800 per Dollar AS.
Dari US$1,44 miliar ini, seperti pada skema awal, 75% atau sekitar US$1,08 miliar akan dibiayai oleh pinjaman dari China Development Bank. Sementara 25%, atau US$362,4 juta ditanggung oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) melalui para pemegang sahamnya sesuai porsi masing-masing. Konsorsium BUMN Indonesia yaitu PSBI, dengan porsi ekuitas 60%, akan menanggung sebesar US$217,44 juta atau Rp3,21 triliun. Inilah yang diusulkan sebagai PMN untuk tahun 2022 ini dan sedang dibahas bersama Komisi VI DPR RI.
Leave a reply
