Pembangunan Gasifikasi Batubara di Muara Enim Mulai Dilakukan, akan Kurangi Impor LPG

0
317

Proses pembangunan proyek gasifikasi batubara di Muara Enim, Sumatera Selatan resmi mulai dilakukan yang ditandai dengan groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (24/1).

Proyek ini merupakan kerja sama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Pertamina dan investor asal Amerika Serikat, Air Products & Chemicals Inc (APCI). Dalam proyek ini, batubara akan diubah menjadi Dimethyl Ehter (DME) sebagai bahan bakar pengganti LPG.

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya menyampaikan impor LPG Indonesia sangat besar yaitu senilai sekitar Rp80 triliun dari kebutuhan sekitar Rp100 triliun. Pemerintah mensubsidi sekitar Rp60 triliun hingga Rp70 triliun per tahun.

“Pertanyaan saya, apakah ini mau kita terus-teruskan? Impor terus? Yang untung negara lain. Yang terbuka lapangan pekerjaan juga di negara lain. Padahal kita memiliki bahan bakunya. Kita memiliki raw material-nya yaitu batubara yang dirubah menjadi DME. Hampir mirip dengan LPG. Tadi saya sudah melihat bagaimana api, kalau yang dari DME untuk memasak dan api dari LPG kalau untuk memasak. Sama saja,” ujar Presiden.

Baca Juga :   Wamenkumham Sebut RUU Perampasan Aset Memasuki Tahap Final

Proyek gasifikasi batubara di Muara Enim ini memiliki utilisasi batubara 6 juta ton per tahun dan dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun.

Presiden mengatakan bila proyek ini teralisasi, akan mengurangi subsidi sebesar Rp7 triliun per tahun.

“Kalau semua LPG nanti disetop, dan semuanya pindah ke DME, duit yang gede sekali Rp60 triliun sampai 70 triliun itu akan bisa dikurangi subsidinya dari APBN. Ini yang terus kita kejar. Selain kita bisa memperbaiki neraca perdagangan kita karena enggak impor. Kita bisa memperbaiki neraca transaksi berjalan karena kita enggak impor,” ujarnya.

Menteri Investasi, Bahlil Lahadahlia proyek gasifikasi batubara di Muara Enim ini sudah mulai digagas pada tahun 2020. Kemudian pada November 2021 lalu, pihaknya menandatangani MoU investasi senilai US$15 miliar dengan Air Products & Chemicals Inc (APCI) di Dubai.

Pada tahap awal ini, realisasi investasi untuk proyek ini sekitar US$2,1 miliar atau sekitar Rp33 triliun. Bahlil mengatakan jangka waktu pengerjaan diperkirakan 30 bulan. Proyek ini akan menghasilkan lapangan pekerjaan secara langsung seabanyak 12 ribu hingga 13 ribu selama konstruksi oleh Air Product dan 11 ribu hingga 12 ribu pekerjaan di hilir oleh Pertamina. Selama produksi nanti diperkirakan pekerjaan tetap yang tersedia sebanyak 3.000.

Baca Juga :   Jokowi Nilai Akan Tetapkan Bakal Capres 2024 dengan Teliti dan Hati-Hati

“Yang terpenting adalah hasil output dari gasifikasi ini untuk mengurangi impor kita. Jadi impor kita ini, gas LPG rata-rata satu tahun 6-7 juta. Subsidi kita cukup besar. Di dalam perhitungan kami, setiap satu 1 juta ton hilirisai, kita bisa melakukan efisiensi kurang lebih sekitar Rp6-7 triliun. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi untuk melahirkan subtitusi impor,” ujar Bahlil.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics