
Pandemi Menuju Endemi, Bagaimana Strategi Prodia Menjaga Pertumbuhan Bisnis?

RUPST Prodia/Dok. Prodia
Tren jumlah kasus positif Covid-19 yang melandai saat ini tentu berdampak bagi kinerja bisnis PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA). Selama pandemi, perusahaan penyedia jasa laboratorium ini menyediakan jasa pemeriksaan Covid-19. Potensi pendapatan dari segmen ini pun akan berkurang seiring dengan transisi dari pandemi ke endemi saat ini.
Indriyanti Rafi Sukmawati , Direktur PT Prodia Widyahusada Tbk mengatakan pada tahun 2021 lalu, jumlah pendapatan Prodia yang berasal dari layanan terkait Covid-19 sebesar 16% dari total pendapatan atau sekitar Rp425,3 miliar. Total pendapatan Prodia pada tahun 2021 lalu mencapai Rp2,65 triliun, naik 41,58% dibanding Rp1,87 triliun pada 2020.
Indriyanti mengatakan sebetulnya sejak 2021 lalu, Prodia sudah fokus kepada pemeriksaan non Covid-19. Langkah itu dilakukan karena sejak 2021 lalu, pemerintah gencar menggelar program vaksinasi yang tentu akan berdampak pada menurunnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia.
“Tahun 2022 pun ketika kami melakukan perencanaan, kami akan fokus lebih kepada pemeriksaan non Covid. Karena kita percaya, dengan vaksinasi itu pun akan menurunkan kasus,” ujarnya pada paparan publik secara daring, Kamis (7/4).
Indriyanti memaparkan strategi yang dilakukan Perseroan pada tahun 2022 ini. Pertama, optimalisasi database pelanggan.
“Kami sudah memilki kurang lebih sebesar 6 juta databese pelanggan dan kita akan memanfaatan database tersebut untuk berbagai macam aktivitas untuk pendapatan Prodia,” ujar Indriyanti.
Kedua, Prodia akan fokus melakukan digitalisasi. Pandemi yang berlangsung kurang lebih dua tahun ini telah mengakselerasi digitalisasia. Indriyanti mengatakan kontribusi pendapatan Perseroan dari digitalisasi juga meningkat pada tahun lalu. “Oleh karena itu kita akan terus untuk fokus kepada layanan digital,” ujarnya.
Pada Januari 2021 lalu, Prodia sudah meluncurkan mobile app versi terbaru. Prodia juga pada April 2022 ini baru saja meluncurkan Prodia for doctor. Melalui aplikasi ini dokter dapat membantu pasien-pasiennya apabila ingin melakukan pemeriksaaan di Prodia. Hasil pemeriksaan pasien juga masuk ke dalam aplikasi ini sehingga memudahkan para dokter memantau hasil pemeriksaan pasiennya. Selain itu di dalam Prodia for doctor juga ada informasi-informasi yang dibutuhkan oleh para dokter terkait pemeriksaan, manfaat pemeriksaan dan lain-lain.
Indriyanti mengungkapkan saat ini sekitar 50% pelanggan Prodia sudah menggunakan aplikasi digital untuk mengakses hasil pemeriksaan di Prodia.
Prodia juga memiliki layanan chat dokter yang gratis. Selain itu, ada juga layanan telekonsultasi yang sudah diluncurkan sejak tahun 2020 untuk menjawab kebutuhan masyarakat terkait layanan digital pada masa pandemi. “Telekonsultasi ini terus meningkat di tahun 2021 dan kami berharap sampai 2022 itu akan terus meningkat,” ujarnya.
Prodia juga memiliki layanan Home Service. Indriyanti mengatakan Prodia akan mengoptimalkan layanan Home Service ini pada tahun ini. Awalnya untuk mengakses layanan Home Service ini dilakuan melaui contact center atau cabang Prodia. “Bulan April ini kita akan launching aplikasi mobile khusus layanan Home Service sehingga bisa dilakukan registrasi melalui mobile app,” ujarnya.
Dewi Muliaty, Direktur Utama Prodia menambahkan digitalisasi Prodia tidak hanya terkait layanan ke pelanggan, tetapi juga dalam operasional perusahaan. Digitalisasi operasional ini diharapkan memberikan ruang efisiensi bagi perusahaan sehingga meningkatkan margin.
Terkait strategi Prodia, Dewi mengatakan selain memiliki strategi besar seperti optimalisasi database dan digitalisasi, Perseroan tetap fleksibel dengan dinamika kondisi kesehatan masyarakat kedepan. “Prioritas tetap ada, tetapi kita juga melihat ketika ada satu perubahan kecil atau besar, nah itu berbagai skenario sudah kami siapakan. Jadi, tidak bisa satu skenario, tetapi harus ada beberapa skenario baik finansial model maupun strategi bisnis,” ujar Dewi.
Meski sedang bertransformasi ke digital dengan memperbesar digital channel, tetapi layanan melalui outlet juga tetap diperlukan. Prodia saat ini sudah memiliki 259 outlet di 34 provinsi. “Pasien tetap bisa datang ke cabang, ke outlet, tetapi antrean dipercepat dengan adanya digital service. Hasil juga bisa lebih cepat karena ada otomatisasi, ada digital operation yang mendukung sehingga ini akan meningkatkan daya saing Prodia,” ujar Dewi.
Dewi mengapresiasi kebijakan pemerintah yang kini mengizinkan layanan Home Service. Potensi layanan ini akan dioptimalkan oleh Prodia. “Peluang ini kami ambil sehingga tahun ini kami menambah armada Home Service lebih banyak,”ujar Dewi.
Prodia tambah Dewi juga akan terus menambah tes-tes baru, minimal 10 tes per tahun. “Kebanyakan memang tes-tes khusus, tes esoterik dan tes genomic,”ujar Dewi.
Tahun 2021 lalu, Prodia meluncurkan tes esoterik dan tes genomik baru, diantaranya pemeriksaan Leukemia Phenotyping, pemeriksaan Eyegenomic, pemeriksaan kadar Leptin dan pemeriksaan Neurogenomik.
Selain pemeriksaan khusus, Dewi mengatakan Perseroan juga melihat peluang pertumbuhan tes-tes rutin pada tahun ini, baik dari individual maupun korporasi, setelah selama dua tahun ini fokus pada check-up terkait Covid-19. “Kami melihat corporate ini mulai memperhatikan lagi medical check up” ujar Dewi.
Perseroan juga memperkirakan kedepan kemungkinan pertambahan jumlah rumah sakit baru di Indonesia. Tambahan rumah sakit baru, menurut Dewi, tentu merupakan peluang bagi Prodia sebagai perusahaan penyedia jasa laboratorium.
Leave a reply
