Omicron: Transmisinya Cepat, Tetapi Tingkat Keparahannya Relatif Lebih Ringan 

0
340

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui tingkat penyebaran Covid-19 varian Omicron terbilang cepat. Meski demikian, tingkat keparahannya relatif lebih ringan dibandingkan varian Delta.

Budi mengatakan jumlah kasus postif karena Omicron di Indoenesia sudah mencapai 414 kasus. Sebagian besar kasus tersebut adalah kasus impor yaitu kasus yang dialami oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru pualang dari luar negeri.

“Sebagai informasi, positivity rate untuk kedatangan luar negeri adalah 13%. Jauh di atas positivity rate transmisi lokal yang 0,2%. Jadi, positivity rate kedatangan dari luar negeri 65 kali lebih tinggi dibandingkan positivity rate transmisi lokal. Ini memperkuat hipotesa kami bahwa sebagian besar dari kasus positif yang terjadi saat ini disebabkan oleh kedatangan luar negeri,” ungkap Budi saat konferensi pers, Senin (10/1).

Kasus-kasus Omicron impor tersebut sebagian besar dialami oleh WNI yang baru pulang dari Arab Saudi, Turki, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab.

Lebih jauh Budi menjelaskan Kementerian Kesehatan sudah melakukan penelitian terhadap 414 pasien yang terkena Omicron ini. Dari 414 ini yang masuk kategori sedang artinya membutuhkan perawatan dengan oksigen hanya 2 orang. Satu orang diantaranya berusia 58 tahun dan satu lagi usia 47 tahun dan keduanya memiliki komorbid.

Baca Juga :   Ahok, Budi Gunadi Sadikin dan Komjen Condro Kirono Jadi Komisaris Pertamina

“Dari 414 orang yang dirawat karena Omicron 114 orang atau sekitar 26% sudah sembuh termasuk yang 2 orang tadi yang masuk kategori sedang dan membutuhkan perawat oksigen sehingga mereka bisa kembali ke rumah. Jadi, kesimpulannya memang walaupun Omicron ini cepat transmisinya, tetapi relatif lebih ringan dari keparahannnya,” ujar Budi.

Budi menyampaikan transmisi Omicron akan jauh lebih tinggi dari varian Delta. Tetapi, pasien yang dirawat jauh lebih sedikit. Sehingga strategi layanan dari Kementerian Kesehatan akan digeser dari sebelumnya fokusnya ke rumah sakit sekarang fokus ke rumah.

“Karena akan banyak orang yang terkena dan tidak perlu ke rumah sakit,” ujarnya.

Kementerian Kesehatan juga sudah bekerja sama dengan 17 platform telemedicine untuk memastikan agar orang yang harus dirawat di rumah itu tetap bisa mendapatkan akses untuk konsultasi kedokteran dan juga bisa mendapatkan akses untuk pengiriman obat.

“Kami juga sudah bekerja sama dengan satu startup di bidang logistik dan BUMN Kimia Farma untuk bisa memastikan obat-obatannya bisa sampai,” ujarnya.

Selain itu, Budi mengungkapkan sebanyak 400 ribu tablet Molnupiravir yaitu obat anti virus yang baru dari Merck sudah tiba di Indonesia dan sudah siap digunakan.

Baca Juga :   Presiden Jokowi: BPOM Telah Keluarkan Izin Penggunaan Sinovac untuk Anak Usia 12-17 Tahun

“Kita akan menghadapi gelombang dari Omicron ini, [tetapi], tidak usah panik, kita sudah mempersiapkan diri dengan baik dan pengalaman menunjukkan bahwa walaupun naiknya cepat tetapi gelombang Omicron ini juga turunnya pun cepat. Sehingga, yang penting jangan lupa jaga prokes, disiplin juga melakukan surveilans dan yang paling penting percepat vaksinasi bagi yang belum mendapatkan vaksinasi,” ujar Budi.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menghimbau masyarakat Indonesia untuk tidak berpergian ke luar negeri dalam waktu dua hingga tiga minggu kedepan.

“Mereda dulu di sana [di luar negeri], sehingga tidak perlu datang kemari bawah penyakit. Tadi sudah disinggung oleh Pak Menteri Kesehatan, walaupun tadi tidak terlalu berbahaya, tetapi kalau kena rame-rame berbahaya juga. Jadi, saya mohon dengan sangat sekali lagi untuk bisa menahan diri untuk tidak keluar negeri. Kalau sampai keluar negeri, patuhi protokol kesehatan harus masuk 7 hari karantina. Jangan minta dispensiasi kiri kanan,” ujar Luhut.

Perkembangan Vaksinasi

Budi menyampaikan saat ini Indonesia masuk peringkat keempat negara di dunia dengan pancapaian vaksinasi terbanyak, menggeser posisi Brasil. “Kita bisa menembus angka 169 juta rakyat Indoenesia yang sudah divaksinasi dosis pertama, melampaui Brasil yang 166 juta,” ujarnya.

Baca Juga :   Moderna Tahap Pertama Sudah Tiba

Negara dengan jumlah vaksinasi terbesar adalah China yaitu 1,2 miliar penduduk, India 880 juta dan Amerika Serikat 246 juta penduduk.

Hingga hari Minggu kemarin, tambah Budi, jumlah vaksinasi yang sudah diberikan di Indonesia mencapai 288 juta dosis, yaitu sekitar 170 juta dari dosis pertama dan 116 untuk dosis kedua.

Sebagian besar provinsi di Indonesia, tambah Budi sudah melakukan vaksinasi terhadap 70% populasinya. “Tinggal ada 5 provinsi lagi yang belum mencapai 70% suntik pertama, adalah Sumatera Barat, Sulawesi Barat, Maluku, Papu Barat dan Papua,” ungkapnya.

Stok vaksin yang dimiliki Pemerintah Indoenesia berjumlah 446 juta dosis. Rinciannya, 288 juta dosis sudah disuntikan dan lebih dari 150 juta dosis yang siap disuntikan.

“Khusus untuk vaksinasi booster, Bapak Presiden juga tadi sudah menyetujui dan akan ada konferensi pers khusus oleh beliau untuk meng-update mengenai vaksin booster ini,” ujarnya.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics