
OCBC NISP Revisi ke Bawah Target Pertumbuhan Kredit Tahun Ini

Ilustrasi kantor OCBC NISP/Dok. OCBC NISP
PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) merevisi target pertumbuhan kredit pada tahun ini ke bawah. Sebelumnya di awal tahun, NISP menargetkan pertumbuhan kredit 7% hingga 9% pada tahun 2020 ini.
Setelah merebak Covid-19, banyak sektor bisnis yang terkena dampak sehingga ini akan berpengaruh pada pertumbuhan kredit perbankan termasuk OCBC NISP.
“Pada awal tahun kami memproyeksikan 7%-9% [pertumbuhan kredit]. Kalau melihat kondisi sekarang mungkin lebih di low single digit antara 0%-5%. Tetapi tentu ini semua sangatlah tergantung kepada kondisi perkembangan Covid-19 sendiri. Makanya kami pun menggarisbawahi lagi yang perlu diurus bukan hanya pasien fisik kesehatan corona tetapi pasien ekonomi pun kita harus pastikan agar selalu tetap sehat,” ujar Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP saat konferensi pers virtual, Jumat (8/5).
Hingga 31 Maret 2020, outstanding kredit OCBC NISP sebesar Rp 123,87 triliun, tumbuh 5,4% dibandingkan posisi 31 Maret 2019.
Parwati menjelaskan meski ada sejumlah sektor bisnis yang terpukul oleh pandemi Covid-19 seperti perhotelan dan parwisata, tetapi menurutnya masih ada peluang penyaluran kredit kepada pelaku bisnis di sektor tersebut.
“Kami pun membuka kemungkinan kalau memang itu nasabah kami, sudah sangat jelas track record-nya, sangat jelas usahanya walaupun mereka di sektor perhotelan, tetapi akan dukung kalau mereka membutuhkan modal tambahan agar bisnisnya kembali,” ujarnya.
Parwati mengatakan terus mencermati perkembangan Covid-19 termasuk arah kebijakan pemerintah seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ke depannya seperti apa. Karena penyaluran kredit juga sangat tergantung pada berbagai kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19 ini.
“Tetapi kami lebih optimis, kami masih melihat bahwa masih ada sektor-sektor yang bisa tetap tumbuh, masih ada sektor-sektor yang membutuhkan modal kerja, masih ada sektor-sektor yang tetap baik bahkan dalam kondisi seperti ini,” ujarnya.
Penerapan PSBB saat ini antara lain dilakukan di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya. Menurut Parwati di luar daerah-daerah tersebut, bisnisnya tetap tumbuh dengan baik.
“Bahkan di cabang-cabang daerah itu mereka tidak mau tutup (kantor cabang) karena nasabahnya terus ingin bertransaksi, nasabahnya terus membutuhkan transaksi perbankan seperti di Sumatera dan sebagainya,” ujarnya.
Karena itu, ia optimis kredit akan tetap tumbuh pada triwulan kedua 2020. Bila pada triwulan I-2020 tumbuh 5,4%, pihaknya tetap mengupayakan pada triwulan II tetap tumbuh di kisaran level tersebut.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, OCBC NISP juga masih bisa mempertahankan kualitas kredit yang ada. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada 31 Maret lalu terjaga di 1,8% (gross) dan 0,9% (net). Rasio tersebut, menurutnya masih berada di bawah rata-rata industri.
Parwati mengatakan terjaganya kualitas kredit tidak terlepas dari strategi yang dilakukan manajemen untuk melakukan pendekatan dengan para debitur mereka.
“Kami harus proaktif, nasabah-nasabah yang terdampak industrinya langsung atau pun tidak langsung secara proaktif kami dekati, kami ajak bicara satu per satu, pastikan kebutuhan mereka seperti apa. Itu yang sudah [dilakukan],” ujarnya.
Dalam hal ada pengajuan kredit baru, manajemen juga ekstra hati-hati dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti usaha debitur di sektor apa dan dari segi geografi di mana. Sejauh mana dampak Covid-19 terhadap usahanya. Strategi ini, jelasnya, akan terus dilakukan manajemen ke depan.
Pada triwulan II ini, periode yang dianggap sebagai puncak pandemi, pengajuan kredit baru, menurutnya, masih tetap ada baik dari UKM maupun korporasi.
Restrukturisasi
OCBC NISP, jelasnya juga secara proaktif mendekati nasabah yang mengajukan restrukturisasi kredit. Namun ia tidak mengungkapkan jumlah persis nasabah yang mengajukan restrukturisasi kredit dan total nilainya. Tetapi, jumlahnya menurut dia di bawah 20% dan yang sudah disetujui hampir separuhnya.
“Kami perkirakan ini pun akan terus berlanjut, kami sangat menyadari nasabah-nasabah ini bukanlah dalam kondisi by choice, bukan karena pilihan mereka, tetapi sungguh-sungguh tidak punya pilihan. Sehingga kami sungguh harus membantu, apakah dengan reschedule pokoknya, meringankan bunganya, bahkan perlu tambahan modal kerja dan sebagainya. Itu kita akan lihat bagaimana track record nasabah tersebut, bagaimana usahanya dan sebagainya,” ujarnya.
Leave a reply
