Neraca Perdagangan Tahun 2022 Surplus US$54,46 Miliar, Naik 53,71%

0
175

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia selama tahun 2022 mengalami surplus sebesar US$54,46 miliar, naik 53,71% dibanding surplus pada tahun 2021 yang mencapai US$35,41 miliar.

Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan surplus neraca perdangan pada tahun 2022 ditopang oleh peningkatan ekspor sebesar 26,07% menjadi US$291,98 miliar. Sementara di sisi lain, impor naik 21,07% menjadi US$237,52 miliar.

“Surplus neraca perdangan barang itu masih ditopang oleh neraca komoditas non migas,” ujar Margo dalam konferensi pers, Senin (16/1).

Adapun ekspor non migas sepanjang tahun 2022 sebesar US$275,95 miliar, sementara impor non migas sebesar US$197,1 miliar. Sehingga, neraca perdagangan non migas mengalami surplus sebesar US$78,84 miliar.

Di sisi lain, neraca perdagangan migas masih mencatatkan defisit sebesar 24,39 miliar. Defisit ini terjadi karena ekspor migas hanya sebesar US$16,02 miliar, sementara impor migas sebesar US$40,41 miliar.

Neraca perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara pada tahun 2022 mengalami surplus. Tiga terbesar adalah Ameriak Serikat (+18,89 miliar), India (+16,16 miliar) dan Filipina (+11,41 miliar).

Baca Juga :   Menko Airlangga: PMI Manufaktur Indonesia Bulan September Ada di Zona Ekspansif

Sementara tiga negara dengan defisit terbesar adalah Australia (-6 miliar), Thailand (-3,96 miliar) dan Tiongkok (-3,61 miliar).

Secara bulanan pada Desember 2022 lalu, neraca perdagangan Indonesia juga melanjutkan tren surplus selama 32 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. BPS mencatat, surplus neraca perdagangan pada Desember 2022 sebesar US$3,89 miliar, lebih kecil dibandingkan surplus pada November 2022 yang sebesar US$5,13 miliar.

“Neraca perdagangan Indonesia sampai Desember 2022 ini mencatatkan surplus selama 32 bulan bertururut-turut sejak Mei 2020,” ujar Margo.

Surplus pada Desember terjadi karena nilai ekspor mencapai US$23,83 miliar, sedangkan impor mencapai US$19,94 miliar.

“Neraca perdagangan komoditas non migas tercatat surplus sebesar US$5,61 miliar, dengan komoditas penyumbang surplus terbesar yaitu bahan bakar mineral (HS27), kemudian lemak dan hewan nabati (HS15) dan besi dan baja (HS72). Sedangkan neraca perdagangan komoditas migas teratat defisit sebesar US$1,73 miliar. Komoditas penyumbang defisitnya antara lain adalah minyak mentah dan hasil minyak,” jelas Margo.

Leave a reply

Iconomics