Meski Tumbuh 6,2%, AAUI Nilai Industri Asuransi Umum Belum Sehat

2
233

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) belum puas dengan kinerja industri asuransi umum sepanjang semester pertama 2023 ini, meski dibanding asuransi jiwa, premi asuransi umum masih tumbuh positif 6,2%.

“Jelas bahwa kinerja asuransi umum ini sepenuhnya belum menunjukkan kesehatan yang diinginkan, karena memang dari tahun 2020, 2021, 2022, mostly persahaan asuransi umum mencetak labanya dari hasil investasi, which is kalau kita lihat hasil underwriting kita tidak bisa menutup opex kita. Bagi saya, ini tandanya enggak sehat. Sehingga kalau kita lihat combine rasionya pun sudah di angka lebih dari 100%,” ujar Budi Herawan, Ketua Umum AAUI dalam acara The Iconomics Insurance Industri Mid-Year Outlook di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, Jumat (8/7).

Sepanjang semester pertama 2023, asuransi umum mencatatkan pendapatan premi sebesar Rp48,9 triliun, naik 6,2% dari Rp46,03% pada periode yang sama tahun lalu. Budi mengatakan dari tiga sektor yang memberikan kontribusi besar untuk pendapatan premi, yaitu asuransi harta benda (properti), asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kredit, pertumbuhan terbesar terjadi pada asuransi kredit yang mencatakan pertumbuhan 31,4%. Dengan pendapatan premi sebesar Rp8,4 triliun, asuransi kredit menjadi kontributor terbesar ketiga untuk pendapatan premi asuransi umum.

Baca Juga :   Tak Mampu Penuhi Ekuitas Minimum, Perusahaan Asuransi Kembalikan Izin ke OJK

Sementara asuransi harta benda yang merupkan kontributor premi terbesar pertama, mengalami kontraksi sebesar 16,1% menjadi Rp12,55 triliun, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp14,95 triliun.

Kemudian asuransi kendaraan bermotor, yang merupakan kontributor pendapatan premi terbesar kedua yaitu sebesar Rp9,8 trilun tumbuh 12,4% dari sebelumnya pada semester pertama 2022 sebesar Rp8,75 triliun.

“Memang [pertumbuhan] yang cukup tinggi adalah di asuransi kredit, dimana asuransi kredit ini kalau kita lihat ke belakang menimbulkan sesuatu persoalan di industri kita, yang akhirnya kita tahu beberapa teman di perusahaan reasuransi ini yang akhirnya suffer sehingga harus membenahi dirinya,” ujar Budi.

Sepanjang semester pertama 2023, hasil underwriting perusahaan asuransi umum sebesar Rp9,2 triliun, tumbuh 8,2% dari pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,5 triliun.

Namun, menurut Budi, hasil underwriting ini tidak menutupi operational expenditure (opex). “Ini lebih disebabkan biaya akuisisi yang dikeluarkan perusahaan asuransi sudah maksimal. Marginnya pun bagi kita mungkin 0,5% atau 1%,” ujarnya.

2 comments

Leave a reply

Iconomics