Meski Tekanannya Mereda, Tingkat Inflasi di Indonesia Masih Tinggi

0
168

Tekanan inflasi di Indonesia sudah mulai mereda setelah mencapai puncak tertingginya pada September lalu. Namun, demikian tingkat inflasi tahunan (year on year) di Indonesia masih cukup tinggi.

“Berdasarkan hasil pantauan di 90 kota, tekanan inflasi di bulan Oktober ini terlihat mulai melemah,” ujar Setianto, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik (BPS) dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/11).

Adapun inflasi tahunan pada Oktober 2022 sebesar 5,71%, lebih rendah dari tingkat inflasi pada September lalu yang mencapai 5,95%.

“Kalau kita lihat penyumbang inflasi tertinggi secara year on year ini, beberapa komoditas seperti bensin, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, termasuk tarif angkutan antar kota, tarif kendaraan online dan bahan bakar rumah tangga. Ini merupakan komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara year on year,” jelas Setianto.

Inflasi beberapa komoditas Harga yang Diatur Pemerintah masih tinggi pada Oktober

Setianto mengatakan tekanan inflasi beberapa komoditas Harga yang Diatur Pemerintah masih tinggi pada Oktober lalu. Harga bensin mengalami inflasi sebesar 32,62% dan berkontrbusi sebesar 1,16% pada tingkat inflasi. Kemudian, tarif angkutan udara mengalami inflasi sebesar 42,99% dan berkontribusi sebesar 0,35% pada tingkat inflasi.

Baca Juga :   Jadi Puncak Pandemi, Berapa Proyeksi Terkini Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2020?

Selanjutnya, komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga mengalami inflasi sebesar 16,90% pada Oktober 2022 dan memberikan kontribusi sebesar 0,3% pada tingkat inflasi. Tarif angkutan dalam kota mengalami inflasi sebesar 25,75% dan memberikan kontribusi sebesar 0,11% pada tingkat inflasi.

Inflasi beberapa komoditas bahan makanan harga bergejolak juga masih tinggi, meski lebih rendah dari bulan sebelumnya. Cabe merah mengalami inflasi sebesar 57,6%; cabe rawit sebesar 48,5%; telur ayam ras sebesar 26,41%; bawang merah 20,24%; beras 3,83% dan daging ayam ras sebesar 1,84%.

Inflasi beberapa komoditas bahan makanan yang harganya bergejolak masih tinggi, meski lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Secara bulanan, pada Oktober 2022 terjadi deflasi yaitu sebesar -0,11% dan inflasi tahun kalender sebesar 4,73%, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun kalender pada September yaitu 4,84%.

BPS menyoroti inflasi tinggi di beberapa daerah di Indonesia. Di Sumatera, inflasi tertinggi secara tahunan terjadi di Kota Padang yaity 7,92% yoy. Di Pulau Jawa, inflasi tahunan tertinggi terjadi di Kota Serang taitu 7,54% yoy. Kemudian, di Bali-Nusa Tenggara inflasi tertinggi terjadi Kota Kupang yaitu 8,06% yoy.

Baca Juga :   Anggota Komisi V Desak Pemerintah Batalkan Rencana Kenaikan Tarif Tol, Ini Alasannya

Di wilayah Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi Tajung Selor yaitu 9,11%. Inflasi di Tanjung Selor ini merupakan yang tertinggi di seluruh Indonesia. Inflasi tinggi ini utamanya disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara dengan andil sebesar 2,08%, kemudian kenaikan harga bensin memberikan andil sebesar 1,27%, bahan bakar rumah tangga andilnya sebesar 0,87%, dan cabe rawit andilnya sebesar 0,50%.

Di wilayah Sulawesi, inflasi tertinggi terjadi di kota Parepare dengan nilai inflasi sebesar 7,66%. Di Malauku dan Papua, inflasi tertinggi terjadi di Jayapura yaitu sebesar 7,43%. Di wilayah Maluku-Papua ini ada kota dengan inflasi terendah yaitu terjadi di Kota Ternate dengan inflasi sebesar 3,32% yoy.

BPS menyampaikan secara global, di seluruh dunia tekanan inflasi masih sangat tinggi terutama disebabkan oleh inflasi bahan makanan dan energi. IMF memproyeksikan inflasi pada kuartal keempat mencapai 8,3%, lebih rendah dari kuartal ketiga yang mencapai 9%.

Beberapa negara dengan tingkat inflasi tinggi adalah Amerika Serikat yang mengalami inflasi sebesar 8,2% dan inflasi bahan makananya sebesar 12,9% dan inflasi energi sebesar 19,8%.

Baca Juga :   BPS: Daya Beli Rendah Timbulkan Deflasi 0,10% di Juli 2020

Kemudian di Turki, mengalami inflasi yang sangat tinggi 83,5%, yang terdiri dari inflasi bahan makanan mencapai 93,0% dan inflasi energi di atas 146,0%.

Inflasi di Inggris sebesar 8,8% yang terdiri dari inflasi bahan makanan sebesar 14,6% dan inflasi energi sebesar 49,4%.

Tingkat inflasi di Jerman menapai 10%, yang terdiri dari inflasi bahan makanan sebesar 17,7% dan energi sebesar 44,5%.

Di wilayah Asia, Korea Selatan mengalami inflasi sebesar 5,6%, yang terdiri dari inflasi bahan makanan sebesar 7,8% dan energi sebesar 16.5%. Kemudian, tingkat inflasi di Jepang sebesar 3% yang tediri dari inflasi bahan makanan 4,5% dan energi 16,48%.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics