Meski Inflasi Nasional Terkendali, Presiden Ingatkan Kenaikan Harga Beras Masih Menjadi Ancaman

1
208

Presiden Joko Widodo mengingatkan meski tingkat inflasi nasional saat ini terkendali, tetapi masih ada ancaman dari inflasi pangan terutama beras. Kenaikan harga beras ini terjadi sebagai dampak dari kekeringan ekstrim akibat el nino. Pada saat yang sama sejumlah negara membatasi ekspor pangan mereka.

“Saya senang bahwa harga-harga yang saya pantau di pasar, dalam minggu ini saya cek di Pekalongan, saya cek lagi di Palu, semuanya pada posisi menurun. Hanya satu yang kita masih memiliki masalah di urusan beras. Karena ada super el nino,” ujar Presiden Jokowi dalam arahannya pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2023 di Jakarta, Kamis (31/8).

Rakornasi ini dihadiri oleh pimpinan sejumlah lembaga yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Pusat dan kepala daerah yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah. Presiden mengapresisi tim pengendali inflasi karena sudah berhasil menjinakan inflasi di Indonesia hingga ke level 3,08% pada Juli lalu. Tingkat inflasi di Indonesia ini jauh lebih rendah dibandingkan sejumlah negara seperti Argentina 113%, Turki 47%, India 7,4%, Uni Eropa 5,3% dan Amerika 3,2%.

Baca Juga :   Inflasi Maret 2023 Mendekati 5%, Inilah Kontributor Terbesarnya

Presiden mengatakan keberhasilan Indonesia dalam mengendalikan inflasi tidak terlepas dari strategi kebijakan pengendalian inflasi  yang tidak hanya mengandalkan instrumen moneter, tetapi juga instrumen fiskal dan pengecekan langsung di lapanan oleh tim pengendali inflasi.

Namun, Presiden mengingatkan untuk tetap waspada terutama terkait harga beras. Presiden mengatakan inflasi beras di Indonesia pada Juli lalu mencapai 6,4%. Selain el nino, kenaikan harga beras ini terjadi karena sejumlah negara seperti Bangladesh dan India menghentikan ekspor beras untuk mengamankan pasokan di dalam negeri mereka.

“Sehingga perlu saya ingatkan urusan beras tolong dilihat betul. Ini kebutuhan pokok kita. Dicek betul. Ada kenaikan memang. Saya lihat mungkin 5 sampai 6%. Tetapi tetap harus diwaspadai. Dan saya senang stok di Bulog yang biasanya di 1,2 juta. Ini tadi saya tanya ke pak Budi Waseso [Dirut Bulog], di gudang sudah ada 1,6 juta ton. Artinya, dari sisi stok kita memiliki. Dan dalam perjalanan masih ada 400 ribu. Ini dipakai untuk mengendalikan harga,” ujar Presiden.

Baca Juga :   Menko Airlangga: Capaian Inflasi Hingga Tengah Tahun Telah Kembali ke Target

Sebagai bagian dari pengendalian inflasi, Presiden menyampaikan, mulai awal September ini bantuan beras didistribusikan ke 21,3 juta keluara penerima manfaat. Setiap penerima manfaat akan mendapatkan 10 kilogram (kg) per bulan selama September, Oktober dan Novembver.

“Ini sudah menggerojok beras ke masyarakat. Kalau harganya masih naik, bapak/ibu, juga saya minta Bulog, bapak/ibu gubernur, bupati dan wali kota juga bisa menggunkan anggarannya untuk mengintervensi pasar. Dengan itulah kita harapkan inflasi kita akan terkendali dengan baik dan pelan-pelan akan turun,” ujarnya.

Pemerintah dan Bank Indonesia menargetkan tingkat inflasi nasional pada tahun 2024 berada di level 2,5% plus minus 1%.

“Jadi jangan sampai inflasi kita naik lagi karena akan sangat memberatkan masyarakat,” ujar Presiden.

Presiden mengatakan indeks harga beras FAO saat ini naik ke level 129,7 pada Juli lalu. Di sisi lain, 19 negara membatasi ekspor produk pangan seperti daging, beras, minyak, gula dan tepung untuk mengamankan cadangan di dalam negeri masing-masing.

“Sehingga sekali lagi, saya meminta utamanya kepada bupati, gubernur yang memiliki sawah, betul-betul perhatikan agar produktivitasnya bisa meningkat. Karena kalau sudah pada posisi semua negara ngerem ekspornya, yang bisa menyelamatkan negara itu, ya negara itu masing-masing. Kita juga sama. Kita masing-masing harus bekerja keras untuk menyelamatkan rakyat kita,” ujarnya.

1 comment

Leave a reply

Iconomics