Mengapa Saat Ini PHK Terjadi di Perusahaan Rintisan?

0
713

Sejumlah perusahaan rintisan atau startup di Indonesia melakuakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya. Menurut, Asosiasi Modal Ventura & Startup, langkah tersebut adalah hal yang wajar sebagai upaya efisiensi di tengah berkuranganya likuiditas akibat kebijakan moneter ketat di berbagai negara.

Eddi Danusaputro, Sekjen Asosiasi Modal Ventura & Startup mengatakan kebijakan PHK yang dilakukan oleh sejulah startup di Indonesia merupakan imbas dari rentetan peristiwa yang terjadi di dunia. Perang antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan harga komoditas naik.

“Kalau harga komoditas naik terjadi inflasi. Kalau terjadi inflasi, biasanya sentral bank menaikkan suku bunga. Kalau suku bunga naik, likuiditas berkurang. Jadi, investor juga berkurang investasinya ke startup,” ujar Eddy dalam acara ‘Selamat Pagi Indonesia’ di Metrotv, Jumat (3/6).

Lebih lanjut, Eddi menjelaskan akibat berkurangnya kucuran dana dari pemodal, perusahaan rintisan pun terpaksa melakukan langkah efisiensi.

“Uang yang ada, yang mungkin tadinya bertahan untuk 6 bulan atau 8 bulan, harus dipanjangi supaya bertahan untuk menjadi misalnya 12 bulan atau 15 bulan. Caranya untuk supaya bisa bertahan, nafas lebih panjang, adalah dengan melakukan efisiensi. Beberapa cara untuk melakukan efisiensi adalah mengurangi ekspansi atau promo, tetapi juga salah satunya adalah PHK,”ujarnya.

Baca Juga :   Xendit Bersama Shinhan Future's Lab Indonesia Mencari Startup Seed-Pre Series A

Menurutnya, efisiensi, termasuk PHK tersebut adalah langkah yang wajar dilakukan. “Bukannya saya senang dengan ini, menurut saya kita harus apresiasi founders yang berani melakukan langkah-langkah efisiensi, yang penting survive dulu. Lebih baik dia melakukan langkah efisiensi termasuk PHK, daripada perusahaannya tutup. Jadi, kita sebagai investor mengapresiasi langkah-langkah [yang diambil], meskipun itu pahit,” ujarnya.

Eddi mengatakan bakar uang atau promosi yang gencar lazimnya dilakukan oleh perusahaan rintisan dengan model bisnis B2C (business to consumer) atau yang langsung menyasar end consumer. Tetapi, tambahnya, harusnya bakar uang itu hanya dilakukan di awal-awal saja untuk mendapatkan customer.

“Tetapi, masa sudah tahun ke-5, 6, 7, 8, misalnya, masih terus bakar uang? Menurut saya, seharusnya pada waktu-waktu itu dikurangi dan menuju profitability. Jadi, bakar uang di awal oke, tetapi kalau dilakukan terus-menerus, kita sebagai inevstor mempertanyakan, ini bisnis modelnya tepat atau enggak?,”ujarnya.

 

Leave a reply

Iconomics