
Melalui Program KEJAR dan SiMuda, OJK Targetkan 100% Pelajar Memiliki Rekening Bank

Puncak kegiatan KREASIMUDA atau Kejar Prestasi Generasi Muda Indonesia di Gedung SMESCO, Jakarta, Selasa (23/8)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menggalakan program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) dan Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda), untuk meningkatkan inklusi sekaligus literasi keuangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Friderica Widyasari Dewi, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen mengatakan hingga saat ini, sebanyak 76,6% atau sekitar 50 juta dari sekitar 65 juta pelajar dan mahasiswa di Indonesia mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi, telah memiliki rekening bank.
“Saat ini sudah 76,6% pelajar itu sudah punya rekening dan itu seluruh saldonya sekitar Rp27 triliun. Harapan kita nanti 100% pelajar itu bisa punya rekening,” ujar perempuan yang disapai Kiki ini kepada wartawan di sela-sela acara puncak kegiatan KREASIMUDA dalam rangka Hari Indonesia Menabung (HIM) di Gedung SMESCO, Jakarta, Selasa (23/8).
Kiki mengatakan target 100% pelajar dan mahasiswa memiliki rekening bank ini, sekaligus untuk menjalankan amanat Presiden Joko Widodo yang meminta agar tahun 2024 nanti tingkat inklusi keuangan di Indonesia mencapai 90%. Saat ini, tingkat inklusi keuangan di Indonesia mencapai sekitar 76%.
Kegiatan KREASIMUDA atau Kejar Prestasi Generasi Muda Indonesia diselenggarakan selama dua bulan yaitu Juli hingga Agustus 2022 dengan tema “Kreatif, Inovatif dan Inklusif”. Acara dalam rangka peringatan Hari Indonesia Menabung tahun 2022 ini digelar untuk mendukung peningkatan inklusi keuangan serta menanamkan budaya menabung pada segmen Pelajar dan Mahasiswa melalui Program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) serta Program Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda).
Tak hanya mendorong pelajar dan mahasiswa memiliki rekening bank, selama kegiatan KREASIMUDA berlangsung juga digelar berbagai kegiatan edukasi mengenai keuangan dan produk keuangan.
Kiki mengatakan kegiatan KREASIMUDA digelar berangkat dari kenyataan bahwa masih ada gap antara tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan di Indonesia. Tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 76%, tetapi tingkat literasi masih sekitar 38%.
Gap atau ksenjangan ini perlu diatasi. Karena, Kiki mengatakan, edukasi dan literasi merupakan bentuk perlindungan konsumen yang pertama.
“Ketika masyarakat atau konsumen well literate, mereka paham produknya, itu sudah merupakan perlindungan diri yang paling utama, sebelum nantinya OJK melakukan pengawasan market conduct dari para pelaku jasa keuangan dan kemudian bentuk-bentuk perlindungan konsumen itu sendiri,”ujarnya.
Kiki mengatakan melalui program KEJAR dan SiMuda, OJK tidak hanya mengajak generasi muda untuk memiliki rekening bank, tetapi lebih dari itu merupakan upaya untuk menyiapkan diri mereka menjadi pribadi yang bertanggung jawab, bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
KEJAR dan SiMuda juga merupakan bagian dari mempersiapakan masa depan yang lebih baik. Tidak hanya bagi generasi muda itu sendiri, tetapi lebih dari itu untuk bangsa Indonesia.
“Menurut kami, suksesnya bangsa kita, itu juga sangat diperngaruhi oleh bagaimana anak-anak muda ini bisa mengelola keuangannya dengan baik, financially literate. Walaupun dia nanti menjadi dokter, insinyur, mungkin ahli nuklir sekalipun, dia harus tetap mempunyai kemampuan untuk mengelola keuangannya. Punya rekening ini adalah bentuk yang paling awal untuk mereka mengenal dunia keuangan,” jelas Kiki.
Dalam program KEJAR sendiri, menurut Kiki, pelajar bisa membuka rekening hanya dengan saldo awal Rp5.000. Kemudian, untuk rekening SiMuda, pemilik rekening juga diperkenalkan dengan berbagai bentuk investasi seperti emas dan reksa dana.
Untuk mencapai target 100% pelajar dan mahasiwa memiliki rekening bank, OJK tidak bekerja sendirian. Lembaga regulator dan pengawas indusri jasa keuangan ini menggandeng berbagai Kementerian dan Lembaga, seperti Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; serta Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri.
“Kemenko sudah memberikan amanat kepada Kementerian lain untuk mendukung program ini. Kenapa kita mengajak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi itu sudah pasti sekolah dibawah mereka. Kenapa Kementerian Agama, karena banyak sekolah-sekolah yang ternyata di bawah Kementerian Agama. Kemudian Kementerian Dalam Negeri untuk sekolah-sekolah di bawah Kementerian Dalam Negeri,” jelas Kiki.
Dukungan dari Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian dibuktikan dengan kehadiran secara langsung Menteri Koordiantor Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam acara puncak KREASIMUDA ini.
Airlangga mengatakan inklusi keuangan penting melibatkan para pelajar dan mahasiswa. Karena keterlibatan para pelajar dan mahasiswa ini juga sekaligus melibatkan orang tua mereka sebagai sumber penghasilan.
“Ke depan, target kita inklusi keuangan untuk lebih banyak lagi,” ujar Airlangga.
Airlangga mengatakan inklusi keuangan dan menabung telah terbukti memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia selama pandemi, yang terlihat dari pertumbuhan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berada di atas 10% selama pandemi. “Jadi, ini merupakan kekuatan yang menambah likuiditas di perbankan,” ujarnya.
Ketua OJK, Mahendra Siregar mengatakan melalui kegiatan KREASIMUDA, diharapakan, tidak hanya tingkat iklusi yang meningkat, tetapi tingkat literasi keuangan pelajar dan mahasiswa juga meningkat.
Mahendra mengatakan literasi yang baik terhadap produk keuangan merupakan benteng pertama agar tidak terjebak pada produk keuangan yang menyesatkan. “Walaupu tentu dalam konteks penegakan hukumnya, hal itu akan dilakukan dari pihak regulator dan aparat penegak hukum, tetapi yang juga sangat penting adalah first line of defence, pemahaman dari para calon konsuemen, penabung, masyarakat, terhadap pilihan-pilihan yang ada ini,” ujar Mahendra.
Leave a reply
