Mau Sukses Seperti Amazon Dkk di Era Transformasi Digital?

0
371

Disrupsi teknologi khususnya digital menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku bisnis. Menurut bahasan Harvard Business Review yang menjelaskan “The Transformation 20: The Top Global Companies Leading Strategic Transformations” dari perusahaan konsultan strategi Innosight ada beberapa indikator yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku bisnis di era transformasi digital. Inilah indikator-indikatornya.

Pertama, pertumbuhan baru. Indikator ini dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menciptakan produk, layanan, market hingga model bisnis yang baru. Lalu seperti apa peluang yang dapat dilakukan perusahaan? Contohnya DBS Group yang masuk dalam Top 10 Business Transformation of The Decade oleh Harvard Business Review.

DBS Group mengklaim telah menyadari bahwa teknologi digital merupakan masa depan perbankan. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan diri perusahaan di era transformasi digital, DBS Group menghadirkan inovasi digital perbankan yang kini dikenal dengan digibank by DBS. Inovasi ini memungkinkan nasabah untuk dapat melakukan berbagai aktivitas perbankan mulai dari membuka rekening, deposito, pengajuan pinjaman, investasi hingga transfer valuta asing hanya melalui genggaman di mana saja dan kapan saja.

Baca Juga :   Akses dan Investasi Aset Kripto Bagus untuk Masyarakat Serta Negara, Ini Penjelasannya

Kedua, reposisi inti bisnis. Tantangan selanjutnya adalah melakukan reposisi inti. Seberapa efektifkah perusahaan mengadaptasi inti bisnis tradisionalnya terhadap perubahan atau gangguan di pasarnya. Melakukan reposisi inti bisnis memberikan kehidupan baru pada inovasi bisnis yang dilakukan.

Sepuluh besar perusahaan di seluruh dunia yang berhasil membuat transformasi strategis selama dasawarsa terakhir adalah Netflix, Amazon, Microsoft, Tencent, Alibaba, dan DBS Group. DBS Group mereposisi inti bisnisnya dengan melakukan transformasi dari bank regional tradisional menuju perusahaan platform digital global, berdasarkan atas visi berbasis budaya untuk menjadi perusahaan rintisan dengan 27.000 karyawan.

Ketiga, keuangan. Tantangan yang terakhir adalah perusahaan perlu untuk membukukan kinerja keuangan dan pasar saham yang kuat. Tidak hanya itu saja, perusahaan juga harus membalikkan bisnisnya dari kerugian atau pertumbuhan yang lambat untuk kembali ke jalurnya. Indikator ini dapat dilihat dari pendapatan CAGR (tingkat pertumbuhan tahunan gabungan), profitabilitas, dan harga saham CAGR selama periode transformasi.

Dalam hal transformasi digital, CEO DBS Piyush Gupta mengatakan perjalanan DBS menunjukkan hal berbeda. DBS berhasil karena terlebih dulu menangani hal terpenting, membuat transformasi menjadi arus utama dengan mengubah budaya perusahaan secara keseluruhan.

Baca Juga :   Peringati 5 Tahun digibank by DBS, Rudy Tanjung: Hampir Seluruh Layanan Transaksi Consumer Banking Didigitalisasi

“Beberapa tahun lalu, dalam menjalankan perusahaan, kami mulai bertindak lebih sebagai perusahaan teknologi ketimbang bank. Budaya rintisan telah merasuk ke seantero perusahaan ini, dari jajaran paling atas hingga paling bawah, dari depan hingga belakang, yang memungkinkan kami betul-betul memikirkan ulang makna perbankan,”kata Gupta dalam siaran pers.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics