
Lewat Gernas BBI, Pemerintah Fasilitasi IKM Go Digital

Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin (Dirjen IKMA), Reni Yanita
Melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia atau Gernasi BBI yang diluncurkan pada awal Maret 2020 lalu, pemerintah membantu memfasilitasi pelaku industri kecil menengah (IKM) untuk go digital.
Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin (Dirjen IKMA), Reni Yanita mengatakan melalui Gernas BBI, pelaku IKM dituntut untuk tidak hanya menciptakan produk, namun juga bagaimana produk itu disajikan secara digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
“Dengan adanya tuntutan tersebut, Gernas BBI ini ditargetkan akan meningkatnya IKM atau UMKM yang onboarding. Jadi, dari target 11,7 juta nanti menjadi 30 juta di tahun 2023,” ujar Reni, dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertema “BBI, Jurus Kunci Bangkitkan Gairah IKM“ pada Senin, (20/6).
Selain itu, pihaknya juga menargetkan adanya peningkatan jumlah belanja serta konsumen terhadap produk artisan melalui Gernas BBI ini. Karena itu, pihaknya akan terus memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para IKM untuk meningkatkan product value.
“Terakhir adalah bagaimana kita mendorong partisipasi Pemda dan juga top brand yang ada. Supaya sama-sama kita mengolah potensi sumber daya alam yang ada ini, plus juga IKM yang ada untuk meningkatkan nilai tambah produk secara online,” ujarnya.
Reni menuturkan, Kementerian Perindustrian melalui Dirjen IKMA, sudah melaksanakan program e-smart sejak 2017. Program ini secara khusus mengenalkan IKM dengan digitalisasi baik dari segi pemasarannya maupun pembukuan.
“Saat ini IKM yang sudah masuk ke literasi digital mencapai 22.515 IKM dan yang sudah on boarding sekitar 14.125 IKM dengan menggandeng sejumlah marketplace yang ada,” paparnya.
Pemilik Rafin’s Snack, M. Ravie Cahya Ansor, salah satu pengelola IKM di Lampung mengakui manfaat Gernas BBI bagi dunia usaha, terutama untuk usaha kategori kecil dan menengah.
“Yang paling berasa itu adalah percepatan promosi bagi IKM. Misalkan, kita ingin memiliki Instagram yang menarik saat masuk ke pasar digital, butuh foto dulu nih yang menarik, gitukan,” ungka Ravie dalam diskusi yang sama.
“Foto itu ada dua opsi, antara dibuatkan oleh profesional atau oleh HP sendiri. Kalau pake HP sendiri hasilnya kan kurang bagus. Tapi ternyata, di GNBBI difasilitasi, jadi dapat foto gratis nih. Nah soal problem percepatan dapat diatasi,” tambahnya.
Demikian dengan video, di Gernas BBI, kata Ravie, produknya dibantu lewat tayangan video dengan kualitas yang baik, yang kalau itu dibikin sendiri akan menguras biaya yang tidak sedikit.
“Jadi di Gernas BBI ini kita difasilitasi dari fotonya, videonya hingga profil company. Ini sangat membantu produk-produk kita dikenal pelanggan. Kalau tidak difasilitasi, lumayan, kita juga harus menyisihkan anggaran ratusan hingga jutaan,” bebernya.
Tak hanya soal promosi, Ravie juga mengatakan, Gernas BBI juga melakukan pembinaan yang intens dan rutin dalam pengelolaan produk.
Hal itu sangat membantu percepatan produksi usahanya, dari yang sebelumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun tetapi sekarang tidak membutuhkan waktu yang relatif lama dan sangat efektif.
Leave a reply
