
Laba Industri Asuransi Umum Turun Signifikan pada 2024

Paparan kinerja industri asuransi umum sepanjang 2024. Meski pendapatan premi dan investasi naik, sepanjang tahun 2024, perusahaan asuransi umum di Indonesia membukukan kerugian setelah pajak yang signifikan, terutama karena kenaikan cadangan premi dan klaim.
Sepanjang tahun 2024, industri asuransi umum di Indonesia membukukan kerugian setelah pajak yang signifikan, terutama karena kenaikan cadangan premi dan klaim.
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang disampaikan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) dalam konferensi pers, Rabu (5/3), sepanjang 2024 asuransi umum mengalami kerugian setelah pajak sebesar Rp10,13 triliun, turun 197,8% dari sebelumnya pada 2023 membukukan laba setelah pajak sebesar Rp7,8 triliun.
“Tingkat profitabilitas kita turun. Banyak hal yang menyebabkan turun. Selalu saya katakan bahwa untuk industri asuransi umum, penopang daripada profitnya itu masih dari hasil investasi. Kita harus akui. Apalagi tahun lalu kita lihat hasil underwriting kita juga enggak terlalu signifikan, sedangkan biaya-biaya juga naik lumayan,” ujar Ketua AAUI, Budi Herawan.
Merujuk data OJK, pada 2024 pendapatan premi industri asuransi umum memang naik 5,7% 5,7% year on year (YoY), dari Rp106,55 triliun pada 2023 menjadi Rp112,78 triliun.
Pendapatan investasi juga naik signifikan sebesar 19,8% YoY menjadi Rp7,43 triliun.
Meski pendapatan dan hasil investasi naik, di sisi lain beban juga mengalami kenaikan signifikan yang menggerus laba industri asuransi umum.
Kenaikan signifikan terutama terjadi pada cadangan premi yang naik sebesar 546,5% YoY, dari Rp3,44 triliun menjadi Rp22,27 triliun. Kemudian, cadangan klaim naik signifikan, sebesar 306,3% YoY menjadi Rp5,08 triliun.
Trinita Situmeang, Wakil Ketua AAUI untuk Bidang Statistik & Riset mengatakan, kenaikan signifikan pada cadangan premi, ditambah beban komisi dan beban klaim, menyebabkan hasil underwriting industri asuransi umum pada 2024 mengalami penurunan tajam, dari Rp19,46 triliun pada 2023 menjadi minus (-) Rp1,52 triliun pada 2024.
Menurut Trinita, kenaikan pada cadangan premi dan klaim terjadi karena adanya perbaikan dalam metode pencadangan, baik itu pencadangan premi maupun pencadangan klaim, yang dilakukan anggota AAUI.
“Ini memang lebih kepada masing-masing perusahaan, manajemen harus melakukan atau melihat lagi cara pencadangannya, baik itu menyesuaikan secara nature dari bisnisnya, misalnya antara bisnis yang jangka panjang dengan yang jangka menengah dan jangka pendek,” ujar Trinita.
Kenaikan pencadangan, kata Trinita, juga tergantung pada karakter bisnis masing-masing perusahaan.
“Tentunya, ini juga ada acuannya, bagaimana kita melakukan pencadangan untuk kelas bisnis harta benda, kelas bisnis rekayasa, dan asuransi kredit yang jangka panjang. Untuk asuransi kredit misalnya, tentunya kita tidak bisa mengakui premi di depan sekaligus untuk periode atau tenor yang 15 dan 20 tahun. Jadi harus dicadangkan,” ujarnya.
Kontributor Pendapatan Premi
AAUI melaporkan, pendapatan premi khusus anggotanya tumbuh 8,7% pada 2024, dari Rp103,86 triliun pada 2023 menjadi Rp112,86 triliun pada 2024.
Dari keseluruhan lini bisnis yang ada di indistri asuransi umum, tercatat delapan lini bisnis mengalami pertumbuhan positif yaitu properti (+14,7% YoY); kendaraan bermotor (+3,3% YoY); marine cargo (+4,2% YoY); marine hull (+22%); hulu migas lepas pantai atau energy offshore (+20,3% YoY); liability (+7,8% YoY); kesehatan (+77,2% YoY) dan asuransi miscellaneous (+3,9% YoY).
Sementara tujuh lini bisnis yang terkontraksi perolehan preminya di tahun 2024 ini, yaitu asuransi penerbangan (-2% YoY); asuransi satelit (-57,9% YoY), asuransi rekayasa (-18,2% You); asuransi energy onshore (-10,6% YoY), asuransi kecelakaan diri (-5,7% YoY), asuransi kredit (-3,4% YoY) dan suretyship (-5,8% YoY).
Di sisi klaim, pada 2024 kewajiban pembayaran klaim industri asuransi umum sepanjang tahun 2024 ini juga tumbuh 8,5% atau telah dibayarkan kepada pemegang polis sebesar Rp49,9 triliun.
Secara umum, rasio klaim yang dibayarkan oleh industri asuransi sepanjang tahun 2024 ini mengalami penurunan dari 44,3% menjadi 44,2%.
Kenaikan klaim terjadi pada asuransi properti (+24,7%); kendaraan bermotor (11%), marine cargo (+11,3%), marine hull (19,5%), aviasi (0,3%), energy onshore (125,4%), asuransi rekayasa (7,79%), kesehatan (8,1%), dan asuransi kredit (5,4%).
Sementara lini usaha yang mengalami penurunan klaim adalah asuransi satelit (-100%), energy offshore (-7,7%), asuransi liability (-30,5%), asuransi kecelakaan diri (-47%), suretyship (-47,8%) dan miscellaneous (-14,6%).
Leave a reply
