
Kupas Tuntas Industri Asuransi dan Dana Pensiun, IFG Progress Gelar Seminar Internasional

Konferensi pers seminar internasional tentang asuransi dan dana pensiun yang digelar oleh IFG Progress. Seminar akan diadakan pada 30-31 Mei 2022, menghadirkan pembicara dari dalam negeri dan luar negeri.
IFG Progress, lembaga think tank yang dibentuk oleh Indonesia Financial Group (IFG) Group, akan menggelar konferensi internasional pada 30-31 Mei 2022 yang akan mengupas tuntas tantangan dan peluang industri asuransi dan dana pensiun di Indonesia.
Konferensi ini akan menghadirkan pembicara tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari luar negeri. “Kita akan menyelenggarakan international conference dalam beberapa waktu kedepan. Penyelenggaranya adalah IFG Progress, lembaga think tank yang didirikan IFG untuk memberikan kita ruang pemikiran yang fundamental dalam membangun industri finansial di Indonesia khususnya industri keuangan non bank,” ujar Direktur Utama IFG Group, Robertus Billitea dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/5).
Robertus mengatakan seminar ini diadakan sesuai dengan tujuan berdirinya IFG Progress yaitu untuk memberikan panduan dalam rencana bisnis IFG kedepan, serta memberikan pandangan atau insight penting kepada IFG dan stakehholders untuk melihat peta jalan industri kedepan.
“Dengan IFG Progress kita yakin industri finansial kita kedepan akan berjalan atau akan bertumbuh dengan baik tentunya. Salah satu event penting yang akan diselenggarakan oleh IFG Progress adalah seminar internasional yang akan datang,”ujar Robertus.
Robertus mengatakan seminar dengan tema ‘Insurance and Pension Fund: Transition to Digital and Green Economy Ecosystem’ memiliki arti penting bagi IFG. Pertama, untuk melihat seperti apa perspektif industri keuangan global kedepan. Kemudian, kedua, melalui seminar ini IFG Progress akan menghadirkan pakar-pakar baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk membedah pengelolaan industri asuransi dan pengelolaan dana pensiun di Indonesia.
“Ini akan menjadi bekal bagi IFG dan kami berharap tentunya akan memberikan sumbangan yang berharga dari IFG kepada semua stakehoders kami,” ujar Robertus.
Head/Senior Executive Vice President IFG Progress Reza Yamora Siregar menjelaskan pada hari pertama konferensi ini akan melihat ekosistem yang dihadapi untuk memajukan industri asuransi dan dana pensiun. Ia menjelaskan ada dua ekosistem besar yang dihadapi industri asuransi dan dana pensiun. Pertama adalah digitalisasi. Covid-19 telah membuktikan sektor finansial sangat tergantung pada digitalisasi. Tahun 2019, sudah 170 juta masyarakat Indonesia yang memiliki akses ke internet. Berdasarkan data OECD, sekitar 56% penduduk Indonesia yang berusia 15-74 tahun sudah memiliki akses kepada interenet. Dalam ekosistem inilah industri asuransi dan dana pensiun berkembang.
Ekosistem kedua adalah transisi ke green energy. Saat ini, Reza mengatakan 60% energi Indonesia masih bersumber dari batubara alias energi yang tidak bersih. Dalam presidensi G20 Indonesia, salah satu isu yang ditekankan oleh Presiden Joko Wododo untuk dibahas adalah soal transisi ke green energy.
“Jadi di hari pertama, saya undang teman-teman untuk melihat kondisi global financial market di era digitalisasi dan green economy,” ujar Reza.
Masih pada hari pertama, seminar ini juga akan membahas mengenai bagaimana investasi dalam ekosistem yang baru itu, yaitu digitalisasi dan transisi ke green energy. “Apakah investasi yang dulu itu tetap berlaku sementara kita sekarang masuk ke ekonomi yang berbeda? Contoh, hanya 2% dari bond market kita itu yang berbau hijau. Kalau 60% dari energi kita masih berbentuk batubara, berarti kalau industri bank dan asuransi kita membantu aktifitas di sektor tersebut, apakah bank dan asuransi kita bisa dibilang green institusi? Kalau tidak, bagaimana dampaknya dengan kompetisi kita di dunia internasional?”ujar Reza.
Pada hari kedua konferensi ini baru akan masuk ke detil masing-masing idustri yaitu asuransi dan dana pensiun, termasuk permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan yang dihadapi kedua industri ini adalah rendahnya penetrasi yang berkorelasi dengan rendahnya tingkat literasi. “Kita mesti memperkuat literasi sebelum kita punya kredibiltas yang besar untuk berkembang,” ujarnya.
Pada hari kedua juga akan dibahas krisis yang terjadi pada industri asuransi dan dana pensiun. Dalam sesi ini akan dibahas mengenai restrukturisasi yang sukses sekaligus restrukturisasi yang tidak sukses, baik di dalam negeri maupun pengalaman di negara lain.
1 comment
Leave a reply

[…] pada tahun 2022 lalu mengangkat tema Insurance and Pension Fund: Transition to Digital and Green Economy Ecosystem’, […]