
Ketahanan Sistem Keuangan Terjaga, Tetapi Waspadai Fungsi Intermediasi Perbankan yang Melemah

Bank Indonesia/Antara
Bank Indonesia (BI) menyatakan ketahanan sistem keuangan Indonesia masih tetap terjaga. Hal ini terlihat dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) dan rasio kredit bermasalah perbakan yang masih pada level yang aman. Hanya saja, BI menyatakan melemahnya fungsi intermediasi perbankan patut dicermati.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan CAR perbankan pada triwulan III 2020 tetap tinggi yaitu 23,41%. Kemudian rasio kredit bermasalah atau NPL tetap rendah yaitu 3,15% secara bruto dan 1,07% secara neto.
“Namun demkian fungsi intermediasi dari sektor keuangan masih lemah sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat dan kehati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit akibat berlanjutnya pandemi Covid-19,” ujarnya saat konferensi pers, Kamis (19/11).
Pertumbuhan kredit pada triwulan ketiga 2020 tercatat sebesar 0,12% YoY, sedangkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat 12,88% YoY. Perkembangan terkini menunjukkan pertumbuhan kredit terkontraksi 0,47% YoY pada Oktober 2020. Sedangkan DPK tumbuh 12,12% YoY.
“Ke depan intermediasi perbankan diperkirakan akan membaik sejalan dengan proses pemulihan ekonomi nasional,” ujar Perry optimistis.
Selain itu, tambahnya, kinerja korporasi juga membaik tercermin pada peningkatan indikator penjualan dan kemampuan bayar di mayoritas dunia usaha pada triwulan III 2020. Perbaikan kinerja korporasi diperkirakan akan terus berlanjut didorong oleh perbaikan ekonomi domestik dan global.
“Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan makro prudensial akomodatif dengan senantiasa memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan OJK serta LPS untuk mendorong pemulihan kinerja intermediasi perbankan dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi nasional,” ujar Perry.
Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi domestik menunjukkan tren membaik sejalan dengan meningkatnya realisasi stimulus fiskal dan mobilitas masyarakat serta membaiknya permintaan global.
Pada triwulan III 2020 lalu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,05% secara kuartalan (QtQ), dari sebelumnya pada triwulan kedua mengalami kontraksi 4,19% QtQ. Membaiknya perekonomian Indonesia juga tercermin dari pertumbuhan PDB tahunan yang juga membaik dari kontraksi 5,32% YoY pada triwuan II 2020 menjadi terkontraksi 3,49% YoY pada triwulan III 2020.
“Meningkatnya realisasi stimulus dan membaiknya mobilitas masyarakat menopang perbaikan permintaan domestik secara bertahap baik konsumsi maupun investasi. Sementara itu kinerja ekspor juga membaik didorong permintaan global terutama dari Amerika Serikat dan Tiongkok,” ujar Perry.
Perbaikan ekonomi domestik yang terus berlanjut juga tercermin pada perkembangan positif sejumlah indikator pada bulan Oktober 2020, seperti mobilitas masyarakat, penjualan eceran non makanan dan online, PMI manufaktur serta pendapatan masyarakat.
“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terus membaik dan meningkat pada tahaun 2021 didorong oleh membaiknya perekonomian global serta akselerasi realisasi anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kemajuan dalam program restrukturisasi kredit serta berlanjutnya stimulus moneter dan makro prudensial Bank Indonesia,” ujarnya.
Bank Indonesia, jelas Perry melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional.
1 comment
Leave a reply

[…] Pertumbuhan kredit pada triwulan ketiga 2020 tercatat sebesar 0,12% YoY, sedangkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat 12,88% YoY. Perkembangan terkini menunjukkan pertumbuhan kredit terkontraksi 0,47% YoY pada Oktober 2020. Sedangkan DPK tumbuh 12,12% YoY. […]