
Kemenkeu Sebut Kapitalisasi Pasar Saham Kita di Bawah Negara-Negara Ini, Apa Saja?

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.Dokumentasi pribadi
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai pasar saham Indonesia berada di garis paling bawah di antara negara lain yang setingkat seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan India. Kapitalisasi pasar saham Indonesia hanya sebesar 45,15% dari produk domestik bruto (PDB).
Sementara itu, kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Filipina berada di atas Indonesia dengan pencapaian 88,39% dari PDB. Selanjutnya, India dengan 97,04% dari PDB, Thailand 102,80%, dan paling atas Malaysia dengan pencapaian 121,57% dari PDB.
“Artinya total pasar saham itu kalau kita lihat harga sahamnya berapa, jumlah sahamnya berapa, kita kalikan, kapitalisasi itu hanya 45%. Ada negara yang bisa sampai 100% bahkan 121% itu adalah Malaysia, bisa sampai 121% dari PDB,” kata Suahasil di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (18/8).
Suahasil menuturkan, dari sisi pasar obligasi, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain, jika dilihat dari produk yang membutuhkan mekanisme lindungi nilai (hedging) masih relatif terbatas. Hedging di Indonesia hanya marak di perdagangan valuta asing (valas).
“Ini yang harus kita dorong, sehingga kemudian mendorong fungsi sektor keuangan sebagai intermediasi,” ujar Suahasil.
Menurut Suahasil, hal berbeda justru terjadi bila terkait kripto di mana antusias masyarakat lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di pasar saham Indonesia. Buktinya, jumlah investor di aset kripto pada Juni 2022 mencapai 15,1 juta investor, sementara pertumbuhan investor pasar modal hanya mencapai 9,1 juta.
Bila diukur dari sisi nilai transaksi, kata Suahasil, sepanjang 2021, nilai transaksi saham sebanyak Rp 3.302,9 triliun, sedangkan nilai aset kripto sebanyak Rp 854,9 triliun.
Berkembangnya instrumen investasi aset kripto, kata Suahasil, perlu didukung kerangka mitigasi risiko yang memadai. Crash stablecoin, Terra membuktikan adanya volatilitas yang tinggi bahkan untuk jenis aset kripto yang dinilai lebih stabil karena memiliki back up aset lain. Padahal stablecoin, Terra Luna tidak memiliki back up aset, akan tetapi stabilitasnya hanya berdasarkan mekanisme kompleks algoritma.
“Tingkat volatilitas tinggi aset kripto menunjukan perlunya kecukupan kerangka pengaturan dan pengawasan yang memadai untuk melindungi investor,” kata Suahasil.
Soal itu, Wakil Ketua Badan Legislasi DPR Willy Aditya mengatakan, pihaknya akan mendalami paparan Wakil Menteri Suahasil itu dalam sebuah focus group discussion (FGD) yang diselenggarakan secara virtual pada Jumat (19/8) besok. “Besok kita akan mengadakan FGD, jam 14.00 (WIB) secara virtual dengan Kemenkeu. Maka untuk berbukanya besok, sekarang masih puasa saja kita,” tutur Willy.
Leave a reply
