
Kasus Positif Covid-19 Terus Naik, Khusus untuk DKI Jakarta, Ini Tiga Langkah yang Dilakukan Pemerintah

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers, Jumat (25/6)
Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Pada Kamis (24/6) kemarin, jumlah kasus harian mencapai rekor tertinggi baru yaitu 20.574 kasus baru, dimana Provinsi DKI Jakarta berkontribusi sebesar 7.505 kasus, menyusul Jawa Tengah sebanyak 4.384 kasus dan Jawa Barat sebanyak 3.053 kasus.
“Situasi saat ini di Indonesia, jumlah kasusnya sudah mencapai titik yang tinggi kemarin, 20 ribu per hari. Kita di Kementerian Kesehatan memahami situasi ini dan selalu memonitor apa saja yang terjadi di masyarakat agar kita bisa segera melakukan langkah-langkah untuk mengatasi segera hal-hal yang memang perlu kita lakukan intervensi,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers, Jumat (25/6).
Budi mengungkapkan khusus untuk DKI Jakarta, Kementerian Kesehatan bersama TNI, Polri dan Pemerintah DKI Jakarta, dalam sepekan terakhir telah membuat tiga kebijakan sebagai upaya untuk menghadapi kondisi lonjakan kasus ini.
Pertama, untuk menjamin ketersediaan tempat tidur di rumah sakit, pemerintah telah mengkonversikan tiga rumah sakit besar pemerintah yaitu RS Fatmawati, RS Sulinati Saroso dan RS Persahabatan untuk menjadi 100% rumah sakit yang menangani Covid.
“Diharpakan minggu ini konversi tersebut bisa selesai sehingga bisa menambah jumlah tempat tidur untuk melayani rakyat Jakarta, yang sudah lengkap langsung dengan fasilitas dan tenaga kesehatannya,” ujar Budi.
Kedua, mengubah semua kamar IGD menjadi kamar isolasi. Budi mengatakan kebijakan ini diambil setelah berkoordinasi dengan Kepala BNPB dan Gubernur DKI Jakarta. Ruang IGD ini akan menampung pasien-pasien yang sudah masuk ke rumah sakit sehingga mendapatkan perawatan seperti di kamar biasa. Sedangkan untuk layanan IGD, tambah Budi akan dilakukan di tenda yang akan dibangun di luar rumah sakit.
“Kita berterima kasih karena BNPB sudah sangat membantu untuk menambah tenda-tenda di luar rumah sakit sebagai tempat IGD sehingga kita bisa menggunakan ruang IGD yang ada sebagai tempat isolasi,” ujarnya.
Ketiga, pemerintah juga telah menambah tempat untuk isolasi terpusat yaitu di Rusun Pasar Rumput dan Nagrak. Budi mengatakan meskipun kapasitas tempat isolasi di Wisma Atlet sudah dinaikan dari 5.994 menjadi sekitar 7.000, tetapi karena ada lonajakan kasus, maka diperlukan lokasi isolasi baru di dua tempat tersebut.
“Kita sudah menambah dua tempat isolasi baru, satu di Pasar Rumput dan satu di Nagrak (Jakarta Utara). Di Nagrak itu ada 4 tower, kita bisa isi sekitar 4.000. Kita akan mulai dengan 2.000 dulu, tetapi kapasitas maksimalnya bisa 4.000. Sedangkan di Pasar Rumput, kita akan juga menambah kapasitas isolasi sekitar 3.000. Jadi, ada 7.000 tempat tidur isolasi tambahan atau dua kali lipat lebih banyak dari sebelumnya yang ada di Wisma Atlet,” ujarnya.
Lebih lanjut Budi mengatakan rencananya, tempat isolasi di Pasar Rumput dan Nagrak ini digunakan untuk tempat isolasi terpusat bagi pasien Orang Tanpa Gejala (OTG). Sedangkan Wisma Atlet yang sudah memiliki fasilitas yang lengkap khusus untuk melayani pasien yang kondisinya menengah.
“Sedangkan yang kondisi berat, tetap kita arahkan ke rumah sakit. Dan kita akan memastikan bahwa disiplin pengisian ini bisa dijaga sehingga tidak usah misalnya rumah sakit penuh dengan orang yang OTG. Karena OTG sebenarnya kita bisa isolasi mandiri atau isolasi terpusat di Nagrek atau di Pasar Rumput. Dengan demikian, kita harapkan kapasitas layanan kesehatan baik itu OTG maupun orang dengan gejala ringan, menengah, berat itu kita bisa atur dengan lebih baik,” ujarnya.
Leave a reply
