Kasus Jiwasraya: Konspirasi Perusahaan Sekuritas dan Manajer Investasi

0
234

Dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dinilai karena adanya konspirasi permainan saham. Itu tampak pada kepemilikan instrumen investasi yang bernilai 70% dan 90% dan didedikasikan khusus untuk Jiwasraya.

Dugaan konspirasi ini diungkap anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun ketika rapat dengan pendapat umum dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Konspirasi itu, kata Misbakhun, dibangun untuk membuat uang dana nasabah Jiwasraya mengalir menjadi produk investasi dan harus memegang saham tertentu.

“Ini sudah terkonfirmasi baik dari KSEI dan BEI. Sebenarnya dari mereka tidak ada pembiaran, mereka tidak dalam kapasitas untuk menilai, mereka hanya mengadministrasikan pencatatan, kemudian transaksi, jadi bukan over the counter, tapi pasar negosiasi,” kata Misbakhun di Kompleks Parlemen seperti dikutip situs resmi DPR beberapa waktu lalu.

Dikatakan Misbakhun, bila diamati apa yang terjadi di Jiwasraya, ketika ada tawaran return 9% hingga 11% dan cara satu-satunya untuk mendapatkan itu harus masuk pasar modal. Ketika mencari saham, mereka (Jiwasraya) cari yang paling murah yakni di pasar negosiasi sehingga “dimainkan” beberapa sekuritas dan manajer investasi. Yang mereka punya adalah kombinasi antara efek dan reksadana saham, kata Misbakhun.

Baca Juga :   Asosiasi Ini Berikan Masukan untuk RUU Kepariwisataan, Apa Saja?

Meski demikian, Misbakhun menyesalkan ketidakmampuan BEI dan KSEI sebagai Self Regulatory Organizations (SRO) mencegah kejadian “penggorengan” saham seperti ini. Pengawasannya juga harusnya dapat diketahui dengan memisahkan fungsi kliring, custody dan pencatatan yang sudah ada.

“Ini kan konspirasi karena orang yang bisa mengetahui ini, orang yang punya pemahaman terhadap proses dan regulasinya,” kata Misbakhun.

Padahal BEI, kata Misbakhun, punya sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) yang smarts dan berfungsi memberi peringatan kepada investor. Terlebih instrument pasar modal ini dibutuhkan untuk memperkuat dan memperbesar likuiditas perekonomian dan menjadi gambaran wajah Indonesia yang menarik secara ekonomi.

Menanggapi hal ini, Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, produk investasi reksadana yang ditawarkan manajer investasi dibuat khusus untuk Jiwasraya. “Isinya itu produknya hanya beberapa seperti taylor made untuk Jiwasraya, ini kalau dilihat dari hasil pengamatan isi dari manajer investasi,” kata Uriep.

Dalam kasus ini, Kejaksaan Agung telah menetapkan 6 tersangka yaitu Benny Tjokrosaputro (Komisaris Hanson), Heru Hidayat (Komisaris TRAM), Hary Prasetyo (Direktur Keuangan Jiwasraya 2013-2018), Hendrisman Rahim (Dirut Jiwasraya 2008-2018), mantan Kepala Divisi Investasi dan Keuangan Jiwasraya Syahmirwan dan Joko Hartono Tirto (Direktur PT Maxima Integra).

Leave a reply

Iconomics