Jadi Bank Digital, Bank Neo Commerce Bidik Segmen Milenial Tanpa Meninggalkan Nasabah Lama

Setelah bertransformasi menjadi bank digital, PT Bank Neo Commerce Tbk fokus menggarap segmen bisnis kaum milenial. Meski demikian, nasabah lama yaitu pensiunan militer tetap dipertahankan.

Tjandra Gunawan, Direktur Utama Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk mengatakan sebagai bank yang bermula dari bank pensiunan, nasabah lama PT Bank Neo Commerce Tbk adalah segmen militer.

“Dengan kami berubah visi menjadi sebuah bank digital, kami akan merambah masuk ke segemen yang baru yaitu segmen milenial. Dalam hal ini kami juga tidak meninggalkan segmen yang sudah ada yaitu segmen military bahkan kami sedang bekerja dan berinovasi untuk memberikan layanan yang lebih lagi untuk segemen yang sudah ada yaitu segmen military,” ujarnya saat paparan publik secara virtual, Senin (8/3).

Membidik segmen milenial bukan tanpa alasan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan populasi produktif Indonesia yaitu berusia 15-64 tahun mencapai 179 juta pada 2020 lalu. Sebanyak 63,5 juta diantaranya adalah populasi milenial yang berusia 21-36 tahun. Karena itu, Tjandra mengatakan milenial merupakan mesin pertumbuhan yang siginifikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Itulah kenapa kita melihat fenomena fintech dan bank juga mulai berlomba-lomba menjadikan diri atau bertransformasi menjadi bank digital,” ujar Tjandra.

Asal tahu saja, PT Bank Neo Commerce Tbk sebelumnya adalah Bank Yudha Bhakti yang berdiri pada tahun 1990. Tahun 2019, Bank Yudha Bhakti bersinergi dengan Akulaku yaitu perusahaan fintech di segmen mikro dan menengah.

Sejak September 2020, Bank Yudha Bhakti berubah menjadi Bank Neo Commerce dengan visi memberikan layanan keuanga secara kekinian melalui teknologi digital. Saat ini 24,98% saham Bank Neo Commerce dimiliki oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia; 20,13% oleh PT Gozco Capital; 18,62% oleh PT Asabri (Persero) dan publik sebesar 36,27%.