Ini Jurus Pemerintah Kurangi Ketergantungan Impor Minyak dan Gas

0
270

Impor minyak dan gas (migas), terutama minyak baik minyak mentah maupun hasil minyak, menjadi salah satu duri dalam perekonomian Indonesia. APBN acap kali terguncang saat harga minyak dunia melonjak, karena beban subsidi energi di dalam negeri akan membengkak. Menaikkan harga energi di dalam negeri, baik BBM maupun listrik bukan merupakan pilihan yang mudah dilakukan, karena berimplikasi pada aspek politik.

Staf Khusus Menteri ESDM Irwandy Arif mengatakan dinamika geopolitik global saat ini yang sulit untuk diprediksi, telah mempengaruhi pasokan dan harga energi pada tahun 2022 dan diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun ini. Hal ini akan menjadi ancaman bagi ekonomi setiap negara termasuk Indonesia.

“Di tengah tekanan global tersebut, pemerintah telah memgambil keputusan sulit pada tahun 2022 dengan menaikkan harga jual BBM untuk menjaga kemampuan keuangan negara dalam menjamin ketersediaan pendanaan untuk sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur strategis,” ujar Irwandi saat mewakili Menteri ESDM dalam acara Energy & Mining Outlook yang dislenggarkan CNBC Indonesia, Kamis (23/2).

Baca Juga :   Pertamina NRE dan Jababeka Infrastruktur Kembangkan Green Industrial Cluster di Jababeka

Mengutip data BPS, pada tahun 2022 lalu nilai impor minyak dan gas (migas) Indonesia mencapai US$40,41 miliar, mayoritas adalah impor hasil minyak yaitu US$24,07 miliar.

Irwandy mengatakan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan impor energi dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional, Kementerian ESDM telah dan tengah melaksanakan beberapa program, antara lain:

Pertama, peningkata investasi hulu migas, melalui perbaikan fiscal terms antara lain split KKKS atau kontrak bagi hasil yang lebih menarik, penerapan assume and discharge, competitive tax, dan perbaikan regulasi melalui percepatan revisi Undang-Undang Migas untuk memberikan kepastian hukum, kemudahan dan percepatan perizinan serta dukungan daerah.

Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah tentu saja dengan peningkatan produksi minyak bumi. Menurut Irwandy, pada jangka pendek menengah terdapat potensi tambahan cadangan minyak sebesar 683 juta barel per hari, yang diperoleh dari pegembangan lanjutan Wilayah Kerja Cepu dan pengembangan oil recovery di Wilayah Kerja Rokan.

Selain tambahan produksi minyak, menurutnya, juga ada peningkatan produksi gas bumi. Dalam jangka pendek menengah terdapat potensi penambahan produksi gas bumi sebesar 1.741 juta standar kaki kubik per hari, melalui pengembangan Lapangan Tangguh, Lapangan Sakakemang, dan Lapangan IDD.

Baca Juga :   Amman Targetkan Smelter Kelar Tahun 2023

Selain peningkatan investasi dan produksi hulu migas, upaya kedua yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi impor energi adalah melalui percepatan penyelesaian pembangunan kilang dan pengembangan kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) yang telah masuk dalam proyek strategis nasional.

Ketiga, pembangunan jaringan transmisi gas. Menurut Irwandy, pembangunan infrastruktur pipa gas Cirebon-Semarang tahap pertama ditargetkan selesai pada semester II 2023 ini dan dilanjutkan dengan pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang tahap II serta pipa Dumai-Sei Mangke. Pembangunan jaringan pipa gas ini dilakukan untuk menghubungkn antara sumber gas dan industri di wilayah Sumatera dan Jawa. “Hal ini akan mampu mendorong industri nasional tumbuh dan mampu bersaing di tingkat global,” ujar Irwandy.

Keempat, peningkatan pemanfaatan jaringan gas dan penggunaan kompor listrik di sektor rumah tangga dalam rangka mengurangi penggunaan LPG.

Kelima, peningkatan penggunaan biodiesel, dimana pada tahun 2023 ini diterapkan pencampuran biodiesel sebesar 35%.

Keenam, percepatan implementasi kendaraan listrik. Irwandy mengatakan pada tahun 2023, ditargetkan sekitar 300 ribu motor listrik baru dan konversi motor BBM dan 600 ribu pada tahun 2024.

Leave a reply

Iconomics